Senin, 26 November 2012

Sang Guru

Guru adalah ujung tombak dunia pendidikan. Di tangan gurulah maju mundurnya pendidikan. Ia mewakili orang tua di sekolah, membimbing, mengarahkan dan memandu peserta didiknya kearah kedewasaan dan kemandirian. Sebagai sosok yang menjadi panutan, sudah selayaknya guru memiliki moral yang baik, intelektual yang tinggi dan profesional. Sehingga dengan demikian menempatkannya pada sosok yang digugu (ditaati) dan ditiru oleh siswa, bahkan oleh masyarakat.
Dalam khazanah pemikiran Islam, istilah guru memiliki beberapa istilah, seperti ustad, muallim, muaddib dan murabbi. Beberapa istilah untuk sebutan guru itu terkait dengan beberapa istilah untuk pendidikan, yaitu ta’lim, ta’dib dan tarbiyah.
  • Muallim lebih menekankan guru sebagai pengajar dan penyampai pengetahuan (knowledge) dan ilmu (science).
  • Muaddib lebih menekankan guru sebagai pembina moralitas dan akhlak peserta didik dengan keteladanan.
  • Murabbi lebih menekankan pengembangan dan pemeliharaan baik aspek jasmaniah maupun ruhaniah.
Sedangkan istilah yang umum dipakai dan memiliki cakupan makna yang luas dan netral adalah ustad yang dalam bahasa indonesia diterjemahkan sebagai guru.
Kemuliaan guru tercermin dalam hadis Nabi dan perkataan Ulama: “Tinta para ulama lebih baik dari darahnya para syuhada”. Sedangkan penyair Syauki berkata: “Berdiri dan hormatilah guru dan berilah penghargaan, seorang guru itu hampir saja merupakan seorang rasul”.
Seorang guru yang meniti karier sebagai pendidik, pengajar, peneliti dan sebagainya, memerlukan profesionalitas. Profesionalitas guru adalah memilki jiwa profesional dengan seperangkat kepakaran khusus melalui jenjang pendidikan atau training yang dilegalkan dengan sertifikat oleh suatu lembaga  atau institusi. Terdapat sejumlah karakteristik guru yang profesional, yaitu: 
   1. Komitmen yang kuat terhadap profesi / karier. 
   2. Bertanggung jawab 
   3. Terbuka menerima ide-ide baru 
   4. Komitmen pada pekerjaan 
   5. Konsisten pada setiap orang 
   6. Berperilaku teladan 
   7. Berorientasi terhadap pelayanan pendidikan 
   8. Memiliki kode etik

Disamping itu mereka adalah pribadi yang memiliki sejumlah kemampuan dan kreatifitas untuk:
Mengembangkan norma kolaborasi 
1. Mampu bekerjasama dalam masyarakat 
2. Mampu berdiskusi tentang strategi baru 
3. Mampu memecahkan masalah 
4. Mampu mengajar 
5. Mampu mengumpulkan dan menganalisis data 
6. Mampu mencari dan melihat masalah serta meningkatkan kemampuan 
    pribadi untuk menanganinya
7. Mampu saling mendorong dan memberikan bantuan pada setiap pemecahan masalah
8. Memiliki tanggung jawab sosial
9. Memiliki tanggung jawab moral
10. Memiliki tanggung jawab keilmuan

Sabtu, 24 November 2012

Ketulusan Hati Rasulullah SAW dalam Bersedekah

Kisah nyata ini terjadi di saat masa kenabian Muhammad saw, kala itu Islam telah berjaya dan mulai mendapatkan tempat hampir diseluruh dunia. Dalam kemenangan Islam yang mampu berjaya tersebut tentunya menuai kontradiksi dari berbagai element terkhusus dari kalangan orang-orang Yahudi dan Nasrani yang menjadi musuh bagi umat Islam kala itu. Dalam masa kejayaan tersebut, Rasulullah mendengar bahwa ada seorang pengemis Yahudi yang buta disetiap harinya mencaci maki, mengolok-olok serta memfitnah beliau. Mendengar berita tersebut bukan Rasulullah marah dan murka terhadap pengemis tersebut, justru beliau mendatanginya dengan belas kasih meskipun cacian dan cercaan beliau dapatkan. Pengemis tersebut selalu menjelek-jelekan Rasul di depan semua orang yang dijumpainya, hingga tersebar di seluruh Madinah. Rasul sebagai sang tauladanpun kala itu mendatangi pengemis tersebut dengan kasih sayang dan memberikan makanan kepadanya tanpa diketahui oleh pengemis tersebut yang mengasihinya adalah Rasul yang notabenenya kala itu adalah pemimpin umat Islam dan Negeri. Setiap pagi Rasul mendatanginya dengan membawakan makanan, dan tanpa berucap sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapkan makanan yang dibawanya kepada pengemis itu dan kejadian terus berlangsung hingga bertahun-tahun hingga beliau wafat meninggalkan semua umat Islam. Dengan kewafatan Rasul secara otomatis tiadak ada lagi orang yang mengasihi pengemis tersebut seperti yang dilakukan oleh Rasulullah semasa hidup, dan kala itu pengemis itupun menjadi orang yang terbuang seperti sebelumnya.
Fenomena tentang kedermawanan dan kehebatan welas ashih Rasul terungkap ketika Abu Bakar Shidiq RA yang kala itu menggantikan Rasul menjadi khalifah mendatangi rumah Aisyah RA dan bertanya tentang amalan apa yang belum ia lakukan mengingat setiap apa yang dilakukan oleh rasul selalu ia ikuti dan patuhi. "Anakku, adakah kebiasaan Rasulullah SAW yang belum aku kerjakan?". Aisyah RA menjawab,"Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir tidak ada satu kebiasaannya pun yang belum ayah lakukan kecuali satu saja." Apakah Itu?, tanya Abubakar RA. "Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang ada disana," kata Aisyah RA.
Mendengar apa yang disampaikan oleh Aisyah tersebut, tanpa berbasa-basi Abu Bakar keesokan harinya dikala pagi menjelang, beliau pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada pengemis itu. Abu Bakar mendatangi pengemis itu lalu memberikan makanan itu kepadanya. Nah, dikala Abubakar mulai menyuapinya ada sebuah kejadian yang aneh, dimana si pengemis justru marah dengan perlakuan Abu Bakar seraya berkata, "Siapakah kamu? ".Abubakar RA menjawab, "Aku orang yang biasa mendatangi engkau." "Bukan! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku," bantah si pengemis buta itu. Seraya berkata kepada Abu Bakar "Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut, setelah itu ia berikan padaku," pengemis itu melanjutkan perkataannya. "lagipula roti yang kumakan sangat enak rasanya bukan yang seperti ini."
Mendengar pengakuan dari pengemis tersebut alangkah kaget dan bergetarnya hati Abu Bakar hingga tak kuasa menahan air matanya, lalu berkata kepada pengemis tersebut, "Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW." Mendengar apa yang dikatakan oleh Abu Bakar pengemis itupun kaget bukan main dan menangis menjerit-jerit, mengingat orang yang selama ini ia cerca dengan caci maki dan fitnah menjadi satu-satunya orang yang mengasihinya dikala orang lain membuangnya. Dengan nada sedih, pengemis itu berkata, "Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya dengan hinaan yang tak sepantasnya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi dengan penuh kelembutan dan kasih sayang, ia begitu mulia....". menurut riwayat pengemis tersebut pun masuk ke agama Islam dengan mengucap dua kalimat syahadat di hadapan Abubakar RA dan sejak hari itu menjadi muslim.
Sungguh luar biasa bukan apa yang dilakukan oleh Rasulullah, dikala ada orang yang memfitnah dan menngolok-olok beliau yang kala itu sebagai khalifah tidak membuat beliau murka, melainkan justru memberikan welas asih hingga sang pengemis dengan kerelaan hatinya menganut agama Islam dengan penuh kesadaran dalam jiwa. Bahkan hebatnya kala itu tidak banyak orang yang tahu, melainkan hanya Aisyah seorang, dimana kala itu Abu Bakar yang notabenenya adalah sahabat Nabi yang selalu mengikuti gerak dan langkah Rasul pun tidak mengetahuinya. Sifat welas asih Rasul yang ditunjukan kepada pengemis Yahudi tersebut sungguh amat luar biasa, mana ada sih orang yang seperti itu. Dikala ada orang yang selalu menjelek-jelekkan dan memfitnah dirinya bahkan parahnya terus berulang hingga hampir setiap penduduk negeri mengetahuinya justru dibalasnya dengan kasih sayang yang luar biasa, selain memberikan makanan yang enak, masih juga mamah (hasulkan) dengan mulutnya sendiri karena sang pengemis tidak bisa memakan yang keras. Ada tidak orang seperti Rasul, mungkin hanya ada satu di dunia ini.

Kamis, 22 November 2012

10 Cara Menjadi Pelajar Berprestasi

Pengertian Prestasi :
Menurut Adi Negoro, prestasi adalah segala jenis pekerjaan yang berhasil dan prestasi itu menunjukkan kecakapan suatu bangsa. Kalau menurut W.J.S Winkel Purwadarmtinto, “ prestasi adalah hasil yang dicapai “ dari pengertian diatas maka prestasi bisa didefinisikan adalah sebuah usaha, pekerjaan (Seperti belajar) yang dilakukan dengan sunguh-sunguh sehingga mencapai hasil yang terbaik dan maksimal.
Pengertian Prestasi Belajar :
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan. Gagne (1985:40) menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu : kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan. Menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto (1990:110) bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Bagaiaman Menjadi Pelajar berprestasi?
Menjadi pelajar yang berprestasi adalah dambaan setiap orang, namun tidak semua orang bisa menjadi orang berprestasi. Prestasi belajar sesunggunya bisa di capai oleh semua orang tak mengenal ia kaya,miskin, orang yang berasal dari kota atau pedesaan semuanya bisa berprestasi. Di bawah ini beberapa hal yang harus dilakukan agar kita menjadi orang berprestasi :

1. Sucikan Niat/Luruskan niat
Dalam ajaran Islam niat merupakan hal yang utama apabila sesorang akan melakukan pekerjaan atau aktvititas, terlebih aktivitas yang berhubungan yang bernilai ibadah. Mencari ilmu atau belajar dalam Islam adalah sebuah kewajiban yang telah ditentukan ketika manusia lahir sampai dengan masuk liang lahat kembali, serta mencari ilmu juga merupakan ibadah. Jadi mari kita luruskan niat kita dalam belajar selain untuk menambah wawasan juga adalah untuk ibadah kepada Allah.
2. Kesungguhan Dalam belajar
Menjadi pelajar yang berprestasi memerlukan kesungguhan dalam belajar, dalam Islampun dijarkan barang siapa yang bersunguh-sunguh maka ia akan berhasil. Oleh sebab itu sekolah bukanlah sekedar untuk bermain, mencari teman, Jajan dan lain sebagainya tetapi sekolah adalah aktvititas belajar yang memerlukan kesungguhan.
3. Disipin dalam menggunakan Waktu
Time Is money atau waktu adalah pedang, beberapa Istilah ini sangat populer dalam kehidupan kita sehingga orang barat sering mengatakan waktu adalah uang, oleh sebab itu mereka tak ingin menggunakan waktu dengan sia-sia. Disiplin dalam menggunakan waktu merupakan hal yang utama untuk mecapai sebuah keberhasilan secerdas dan sekaya apapun kita tanpa displin maka prestasi itu takan pernah kita bisa capai. Disiplin dalam waktu harus kita lakukan dalam kehidupan sehari mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi. Cobalah kita buat agenda kita seperti mulai dari aktivitas tidur, sholat, mengaji, belajar, bermain, berolahraga, ikut les dan lain sebagainya, apabila jadwal ini bisa kita lakukan dengan disiplin insyaallah kita akan menjadi orang –orang yang berprestasi.
4. Percaya diri
Percaya diri merupakan hal yang penting bagi setiap orang, karena kita harus percaya pada kemampuan yang kiti milki. Banyak orang yang tidak percaya diri karena merasa dirinya tidak padai, sehingga akhirnya harus tergantung pada orang lain. Setiap orang sesungguhnya harus merasa percaya dengan kemampuan yang dimilkinya betatapun hasil prestasinya tidak sebagus yang dicapai orang lain tetapi itulah hasil maksimal dari percaya diri yang dimilki.
5. Tentukan Target
Pada perjalana setiap manusia tentu selalu punya tujuan kemana kita akan melangkah dan apa yang akan kita lakukan. Jika kita ingin memilki prestasi maka kita harus memilki target dalam belajar, berapa nilai yang harus kita capai. Misalnya kita memiliki target nilai Matekmatika 80, Bahasa Indonesia 90, menang kejuaran olimpiade, kejuaran Futsal dan lain-lain sebagainya. Semua target yang sudah kita tentukan harus dilakukan secara maksimal agar target-target tersebut bias tercapai.
6. Tumbuhkan Motivasi
Motivasi atau dorongan perlu dimilki oleh setiap orang baik motivasi dari diri sendiri ataupun dari orang lain. Pelajar yang berprestasi adalah pelajar yang memiliki motivasi besar untuk maju, maka dia akan selalu memberi semangat pada hatinya untuk semangat dalam belajar.
7. Ikuti kegiatan berorganisasi dan Ekstrakulikuler
Berorganisasi merupakan hal yang menyenangkan agapan organisasi dapat mengganggu pelajaran adalah anggapan yang salah. Justru banyak orang yang berprestasi dengan berorganisasi, para pemimpin negeri ini atau para intelektual yang ada pada bangsa ini juga adalah para alumni organisasi baik organisasi kesiswaa, mahasiswa, masyarakar, pemuda dan lain-lain. Ikut berorganisasi dapat melatih kemandirian,disiplin dan kepekaan siswa dalam hidup ber sosial. Bagi para pelajar yang ikut organisasi juga mempunyai prestasi merupakan sebuah kebanggaan tersendiri.
8. Kita semua punya prestasi
Sesungguhnya setiap diri kita memilki prestasi karena prestasi itu bukan dilihat dari kemampuan itelektual atau kognitif saja, tetapi setiap kelebihan yang kita milki dan berguna bagi orang banyak adalah prestasi juga. Ingat tak mungkin Allah menciptakan manusia dalam bentuk yang sama, oleh karena itu dalam prestasipun kita memilki perbedaan ada yang berprestasi dalam akademik, kesenia, olahraga dan lain sebagainya.
9. Minta doa dari orang tua
Ridho Allah tergantung ridho orang tua, jadi mintalah doa dari orang tua dalam setiap langkah yang kita lakukan Agar Allah memberi kemudahan dalam aktivitas belajar kita.
10. Sholat dan berdoa
Segala Ikhtiar atau usaha sudah kita Lakukan yang terakhir adalah kewajiban kita melaksanakan perintah Allah salah satunya adalah sholat dan berdoa, semoga semakin sering kita mendekatkan diri kita pada Allah semakin Allah memberi kemudahan kepada kita.

Selasa, 20 November 2012

Keutamaan Puasa 'Asyura


Mungkin bulan-bulan yang sering kita dengar adalah bulan-bulan pada penanggalan kalender masehi. Namun sebagai seorang muslim, kita harus mengetahui bulan-bulan yang ada pada penanggalan kalender hijriyah. Dan di dalam kalender hijriyah, terdapat empat bulan yang disebut bulan-bulan haram.

Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya empat bulan haram…” (QS. At-Taubah: 36) Ada pun bulan-bulan yang telah Allah tetapkan sebagai bulan haram adalah bulan Rajab, Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram.
Insyaa Allah pada kesempatan kali ini, kita akan membahas suatu amalan yang agung, yang terdapat di dalam salah satu di antara bulan-bulan yang haram. Amalan tersebut adalah Puasa ‘Asyura yang jatuh pada tanggal sepuluh di bulan Muharram.
Keutamaan Amalan Puasa
Sebelum membahas keutamaan Puasa ‘Asyura, sungguh puasa itu sendiri adalah amalan yang Allah sendiri akan membalasnya, dan dilipatkan gandakan tanpa batas pahalanya. Bacalah sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam (yang artinya), “Setiap amalan kebaikan anak Adam akan di lipatgandakan menjadi 10 hingga 700 kali dari kebaikan yang semisal. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman (yang artinya), “Kecuali puasa, amalan tersebut untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya karena dia telah meninggalkan syahwat dan makanannya demi Aku.” (HR. Muslim)
Kemudian sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam (yang artinya), “Sesungguhnya di surga ada sebuah pintu yang bernama Ar-Royyaan. Pada hari kiamat orang-orang yang berpuasa akan masuk surga melalui pintu tersebut dan tidak ada seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut kecuali mereka. Dikatakan kepada mereka,’Di mana orang-orang yang berpuasa?’ Maka orang-orang yang berpuasa pun berdiri dan tidak ada seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut kecuali mereka. Jika mereka sudah masuk, pintu tersebut ditutup dan tidak ada lagi seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Keutamaan Puasa ‘Asyura
Setelah membaca hadits-hadits Nabi secara umum tentang keutamaan orang yang berpuasa, di dalam bulan Muharram terdapat anjuran secara khusus untuk berpuasa pada Hari ‘Asyura. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda (yang artinya), “Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah – Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim) Dalam hadits ini disebutkan bahwa puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa di bulan Allah, yaitu bulan Muharram. Dan di dalam bulan Muharram terdapat anjuran untuk berpuasa di Hari ‘Asyura.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda (yang artinya), ”Puasa ‘Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim) Kemudian terdapat suatu hadits yang menceritakan bahwa seorang laki-laki datang bertanya kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam tentang pahala puasa hari ‘asyura. Maka Rasulullah menjawab: Aku berharap kepada Allah agar menghapus dosa-dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim)
Hukum Puasa ‘Asyura
Shahabat ‘Ibnu ‘Umar Radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam mengerjakan Puasa ‘Asyura dan memerintahkan kepada para shahabat untuk berpuasa. Ketika puasa Ramadhan diwajibkan, Rasulullah meninggalkan hal tersebut- yakni berhenti mewajibkan mereka mengerjakan dan hukumnya menjadi mustahab (sunnah).” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Kemudian perkataan shahabat Mu’awiyyah Radhiyallahu ‘anhuma, “Aku mendengar Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: Hari ini adalah hari ‘Asyura. Allah tidak mewajibkan atas kalian berpuasa padanya, tetapi aku berpuasa, maka barang siapa yang ingin berpuasa, maka berpuasalah. Dan barangsiapa yang ingin berbuka (tidak berpuasa), maka berbukalah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Dari kedua hadits di atas, dapat disimpulkan bahwa hukum bepuasa pada Hari ‘Asyura adalah mustahab (dianjurkan), yang sebelumnya adalah wajib. Tatkala disyariatkannya Puasa Ramadhan, maka hukum Puasa ‘Asyura menjadi Sunnah
Menambah Puasa pada Tanggal Sembilan Muharram
Dianjurkan untuk menambah Puasa ‘Asyura pada tanggal sembilan Muharram, dalam rangka menyelisihi orang Yahudi dan Nashrani. ‘Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhuma berkata ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam melakukan puasa hari ‘Asyura dan memerintahkan kaum muslimin untuk melakukannya, kemudian pada saat itu ada yang berkata, “Wahai Rasulullah, hari ini adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nashara.” Lantas Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam mengatakan, “Apabila tiba tahun depan –insyaa Allah (jika Allah menghendaki)- kita akan berpuasa pula pada hari kesembilan.” ‘Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Belum sampai tahun depan, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam sudah keburu meninggal dunia.” (HR. Muslim)
Semangat Dalam Mengerjakan Amalan Sunnah
Meskipun hukum melaksanakan Puasa ‘Asyura adalah dianjurkan, hendaknya seorang muslim tetap semangat dalam melaksanakan amalan-amalan sunnah. Karena hal ini menjadi salah satu sebab Allah akan mencintainya. Sebagaimana yang disebutkan di dalam hadits Qudsi, “Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya…” (HR. Al-Bukhari)
Dalam shahihain, dari ‘Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, bahwasanya beliau pernah ditanya tentang hari ‘Asyura, maka beliau menjawab: Aku tidak pernah melihat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam begitu menjaga keutamaan satu hari di atas hari-hari lainnya, melebihi hari ini (maksudnya, hari ‘Asyura) dan bulan yang ini (maksudnya, bulan Ramadhan).” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Bahkan Rasulullah sendiri sangat bersemangat dalam menjaga amalan Puasa ‘Asyura. Dan kita sebagai seseorang yang mengaku mencintai Nabi, hendaknya kita mencontoh amalan-amalan yang dilakukan oleh Beliau, meskipun dalam perkara yang bukan wajib. Semoga Allah memudahkan kita dalam melaksanakan salah satu syariat-Nya, dan menerima amalan kita.
 
Top