Kamis, 27 September 2012

Pintas vs Cerdas

Kenapa orang yang tidak kuliah itu lebih sukses, saya yang kuliah malah tidak? “Orang yang pernah mengijakan kuliah membuat sesuatu yang sederhana menjadi rumit, orang yang tidak pernah menginjak kuliah membuat sesuatu yang rumit menjadi sederhana. coba simak dulu cerita berikut ini :
Sebuah perusahaan sabun ternama sedang melakukan rapat evaluasi tahunan. Dalam rapat ini, semua karyawan baik dari jabatan tertinggi sampai seorang satpam boleh mengajukan ide dalam rapat ini. Kasus yang diangkat dalam rapat kali ini adalah mengenai komplain yang dilakukan oleh kebanyakan konsumen. Salah satu masalah yang seriang dialami konsumen adalah sering didapati kotak sabun yang tidak ada isinya atau kosong. Banyak konsumen yang merasa tertipu saat membeli sabun dalam jumlah banyak. Dari 10 kotak sabun, paling tidak ada 1 kotak sabun yang ternyata kosong. Kesalahan ini merupakan kesalahan yang tidak dapat dihindari, terutama karena mesin produksi sabun yang sudah kuno.
Rapat segera dimulai. Pemimpin perusahaan sabun tersebut melemparkan masalah ini ke dalam rapat dan meminta masukan dari setiap karyawan. Siapa saja yang dapat memberikan solusi untuk mengatasi masalah ini akan mendapatkan kenaikan gaji sampai 3 kali lipat. Anda pun boleh ikut berpikir dan memberikan solusi. Seorang supervisor mengacungkan tangannya dan berkata, “Saya punya solusinya! Kita harus membeli mesin baru dari Jepang seharga Rp 10 milyar!” Melihat harga mesin yang begitu mahal, seorang manajer segera mengacungkan tangan dan berkata, “Saya punya solusi yang lebih baik! Kita bisa membeli mesin baru yang lebih murah dari Jerman seharga Rp 1 milyar!” Melihat harga yang begitu mahal, seorang direktur juga mengacungkan tangannya dan berkata, “Bagaimana kalau kita beli mesin bajakan dari China saja seharga Rp 100juta!” Melihat harga yang sangat murah, sang pemimpin perusahaan menyetujui solusi untuk membeli mesin dari China.
Tidak lama setelah keputusan rapat diambil, seorang office boy memberanikan diri untuk mengacungkan tangannya. “Saya punya solusi yang lebih baik! Bagaimana kalau kita membeli mesin dari Indonesia seharga Rp 250rb!” teriak Office Boy dengan lantang. Mendengar pernyataan konyol dari Office Boy ini, seluruh peserta rapat seketika tertawa terbahak-bahak. Namun pemimpin perusahaan mencoba untuk memberinya kesempatan dengan memberikan sejumlah uang tunai sebesar Rp 250rb.
Dua jam kemudian sang Office Boy kembali dengan membawa mesin yang ia beli dengan harga Rp 200rb (lebih murah Rp50rb dari yang dijanjikan). Dengan langkah mantap ia segera memasang mesin yang ia beli di depan kumpulan kotak sabun. Hasilnya luar biasa! Dengan mesin baru ini, semua kotak dipastikan terisi oleh sabun. Seluruh peserta rapat tercengang ketika melihat mesin yang dibeli oleh Office Boy ini adalah KIPAS ANGIN. Dengan kipas angin ini, semua kotak sabun yang kosong akan terbang ditiup angin dan menyisakan kotak sabun yang sudah terisi. Dengan alat sederhana ini, tidak ada lagi komplain mengenai kotak sabun yang kosong.
“Orang yang pernah kuliah biasanya membuat sesuatu yang sederhana menjadi rumit, orang yang tidak belum pernah kuliah membuat sesuatu yang rumit menjadi sederhana.” Terkadang kepintaran yang kita miliki membuat kita berpikir terlalu kompleks. Kesederhanaan dalam berpikir sering kali membuat orang itu lebih sering menangkap peluang dibanding dengan orang pintar. Saya tidak mengajak Anda untuk tidak kuliah, saya ingin mengajak Anda untuk memiliki sebuah kebiasaan baru. Apa pun masalah yang akan Anda hadapi di masa yang akan datang, berpikirlah sederhana dan pandailah menangkap peluang.

Selasa, 25 September 2012

Obat REGEL (Resah Gelisah), Baca Yaa!!

Suatu ketika, datanglah kepada Ibnu Mas’ud seorang lelaki yang mengeluhkan kondisi kejiwaannya. Ia berkata, “Wahai sahabat Nabi, berilah nasihat yang dapat aku jadikan obat bagi jiwaku yang sedang resah gelisah. Dalam beberapa hari ini, aku merasa tidak tenteram, hatiku terasa sempit, jiwaku gelisah, dan pikiranku kusut, makan tak enak, tidur pun tak nyenyak.”
Ibnu Mas’ud pun menjawab, ”Kalau penyakit itu yang menimpamu, bawalah hatimu mengunjungi tiga tempat, yaitu tempat orang-orang yang membaca Al Qur’an, engkau baca Al Qur’an atau engkau dengarkan baik-baik orang yang membacanya; atau engkau pergi ke majelis ilmu (ke tempat pengajian) yang dapat mengingatkanmu kepada Allah; atau engkau cari waktu dan tempat yang sunyi, di sana engkau berkhalwat menyembah Allah, misalnya pada sepertiga malam terakhir pada saat orang-orang tengah terlelap dalam tidurnya, engkau bangun mengerjakan shalat malam, meminta dan memohon kepada Allah ketenangan jiwa, kejernihan pikiran, dan kemurnian hati. Seandainya jiwamu belum juga terobati dengan cara itu, mintalah engkau kepada Allah agar diberi hati yang lain. Sebab, hati yang kamu pakai itu bukan lagi hatimu.”
Orang itu pun segera pulang ke rumahnya, diamalkannya nasihat Ibnu Mas’ud tersebut dengan sungguh-sungguh. Dia segera mengambil air wudhu, diambilnya Al Qur’an, lalu ia membacanya dengan sepenuh hati. Setelah itu, hatinya menjadi lapang, kegelisahan berangsur pergi berganti ketenangan yang mulai merasuk, pikiran pun menjadi jernih kembali.
“Tidak ada kebaikan dalam ucapan kecuali delapan hal, yaitu:
ucapan tahlil, takbir, tasbih, tahmid, permohonanmu
terhadap kebaikan, perlindunganmu terhadap keburukan,
seruanmu pada kebaikan dan laranganmu terhadap kemunkaran,
serta tilawah Al Qur’an”

— Ar Rabi’ bin Khutsaim —

Senin, 24 September 2012

Kunci Sukses Dalam Belajar

Belajar adalah sesuatu yang harus dilakukan dalam menuntut ilmu dan untuk mencapai cita – cita. Belajar bisa dari banyak hal baik dari sekolahan mau pun dari pengalaman yang kita peroleh. Seseorang yang banyak belajar pastinya memiliki wawasan yang luas dan juga daya pikir yang kreatif. Dalam belajar tentunya kita memiliki cara – cara tersendiri agar apa yang kita pelajari mudah kita ingat dan dimengerti. disini saya akan memberikan kiat sukses dalam belajar, terutama bagi kita yang masih berstatus pelajar tentunya ini sangat penting. Berikut adalah enam (6) langkah kunci sukses dalam belajar :

  1. Keteguhan Hati
    Syarat utama dalam belajar, seseorang harus memiliki keteguhan hati untuk belajar. Seseorang yang telah memiliki keteguhan hati untuk belajar tidak akan berhenti belajar ditenga jalan sebelum maksud belajarnya tercapai. Jika Anda ingin sukses belajar, Anda harus memiliki keteguhan hati untuk belajar. Jika Anda telah memiliki kemampuan pengendalian diri :
    • Anda tidak akan mudah terpengaruh pada hal – hal dalam menghambat Anda untuk belajar
    • Anda akam mampu memilih mana yang lebih penting atau lebih diutamakan untuk dilakukan
    • Anda tidak mudah menyerah jika menghadapi bagian – bagian yang tersulit dari pelajaran yang Anda dihadapi
    Untuk memupuk dan menumbuhkan keteguhan hati, Anda perlu memiliki rasa tertarik terhadap apa yang dipelajari, cita – cita, tujuan dan terget yang hendak dicapai, rasa percaya diri, keinginan yang terbaik, tehnik belajar yang efektif.
  2. Disiplin dan Belajar Secara Teratur
    Anda harus dapat mengembangkan pola belajar secara teratur dan terencana, kemudian Anda harus disiplin diri untuk mentaati rencana belajar yang telah Anda susun tersebut. Jangan biarkan kebiasaan buruk menunda waktu belajar menghinggapi Anda. Membiasakan diri dengan belajar secara teratur dan ditunjang dengan kedisiplinan dalam belajar membuat Anda memiliki kecakapan belajar dengan baik yang pada akhirnya mempengaruhi pola pikir dan membentuk watak kepribadian yang baik.
  3. Kesehatan Jasmani dan Rohani
    Yang perlu mendapat perhatian Anda yang berkaiatan dengan kesehatan jasmani, antara lain :
    • Kebutuhan nutrisi harus cukup
    • Bebas dari gangguan penyakit
    • Kondisi jasmani harus segar (fress)
    • Kondisi / fungsi panca indra harus normal
    Disamping kondisi jasmani, tak kalah pentingnya adalah kondisi rohani (psikis) Anda harus benar – benar siap untuk melakukan aktivitas belajar. Ketegangan – ketegangan emosional yang sangat menghambat proses belajar harus segera disingkirkan terlebih dahulu, seperti peraaan sedih, marah, iri, dendam dan lain – lain harus dilenyapkan dari dasar lubuk diri Anda.
  4. Lingkungan Belajar yang Kondusif
    Suasana tempat lingkungan belajar itu dapat dibedakan antara suasana lingkungan sodial dan ligkungan non sosial. Yang dimaksud dengan suasana lingkunan non sosial adalah kondisi tata laksana ruangan tempat belajar dan suasana ruangan temapat belajar. Tata laksana ruangan tempat belajar benar – benar harus tertata rapi dan teratur, agar dapat mendukung terciptanya kegiatan belajar dengan baik. Jangan sekali – kali meletakkan sesuatu yang dapat mengganggu atau yang dapat memecahkan perhatian Anda, sehingga akan menyulitkan Anda untuk konsentrasi belajar.
    Sedang yang dimaksud dengan suasana lingkungan sosial adalah faktor hubungan sesama manusia yang turut mempengaruhi kegiatan belajar seseorang. Hubungan antara sesama manuisia yang turut mempengaruhi proses belajar seseorang diataranya hubungan subyek belajar di dalam lingkungan sekolahnya maupun hubungan subyek belajar di dalam lingkungan masyarakat atau pergaulan.
  5. Sumber Belajar dan Perlengkapan Belajar
    Jika anda ingin mendapatkan hasil belajar yang baik, tentunya Anda harus mutlak mempersiapkan sumber – sumber belajar yang cukup mendukung, seperti buku – buku, majalah ilmiah, media masa, jurnal – jurnal, dan lain – lain. Semakin banyak tersedia bahasa atau sumber belajar yang dipelajari akan semakin banyak pengetahuan dan kecakapan yang dikuasai seseorang.
  6. Tehnik Belajar
    Mempergunakan tehnik belajar dalam belajar akan mempermudah kita untuk melakukan pemusatan konsentrasi belajar pada pokok pelajaran secara terarah.
    Yang dimaksud dengan tehnik belajar harus simple dan mudah dilaksanakan dan hanya perlu saja dalam belajar. Tehnik belajar tersebut berintikan sebagai berikut :
    • Pertama, upaya yang harus dilakukan adalah penetapan tujuan yan hendak dicapai.
    • Kedua, upaya bagaimana mengembangkan cara mendengar, mengembangkan cara membaca atau mengembangkan cara mempergunakan dnegan memakai kata tanya yaitu, bagaimana, mengapa, apa, dimana, siapa dan kapan.
    • Ketiga, upaya untuk menyusun rangkuman dan kesimpulan yang dipalajari dengan kata – kata sendiri.
    • Keempat, upaya melakukan evaluasi tingkat penguasaan materi pelajaran
    • Kelima, upaya melakukan pengulangan bagian – bagian yang belum dikuasai
Itulah beberapa kunci sukses dalam belajar, disamping itu masih banyak lagi kunci – kunci yang lain yang bisa membuat kita menjadi orang yang sukses.

Optimisme Membuat Hidup Jadi Lebih Hidup

Optimisme adalah suatu sikap yang lahir dari dalam diri individu yang merupakan sikap terhadap masalah yang sedang dihadapi. Sikap terhadap sesuatu mengandung unsur penilaian (positif atau negatif). Sikap optimisme merupakan pilihan yang dimunculkan seseorang dalam mempersepsikan masalahnya. Sikap optimis bertolak belakang dengan sikap pesimis yang berorientasi pada sikap yang negatif.

Banyaknya tekanan hidup yang harus dialami seseorang membuat kebanyakan orang mengalami frustasi. Beberapa orang karena menghadapi beban pekerjaan yang berat harus mengalami stres pekerjaan. Problem lainnya seperti bencana alam dan kematian orang dekat juga bisa membuat depresi dan frustasi. Hanya sedikit orang yang sanggup menghindari tekanan hidup sehari-hari yang dapat membuat orang frustrasi dan berpandangan pesimistis. Namun, meski menghadapi kesukaran dan tekanan hidup, berpikir secara optimis bermanfaat khususnya untuk kesehatan.

Optimisme adalah sebuah kekuatan terbesar manusia. Optimisme memberikan energy dan arah pada tujuan yang lahir sebelum aksi nyata. Para orator ulung dan para penulis besar telah mengubah dunia dengan kemampuan berkomunikasi yang mereka miliki. Itu terjadi karena mereka telah berpikir optimis jauh-jauh hari sebelum ia dikenal orang. Saat ia mulai ke puncak pencapaiannya, amat banyak tantangan yang harus ia tundukkan. Ia terus berjalan di jalan yang telah ia pilih. Yang orang tahu hanyalah secuil keberhasilannya, sedangkan ratusan, bahkan ribuan ketidakberhasilannya tak dihiraukan lagi. Begitulah hasil pola pikir optimis.

Optimisme (dalam Islam hampir sepadan dengan kata husnu dzan), berpikir positif atau yang lebih dikenal dengan positive thinking adalah sebuah formula. Sebuah paradigma. Sebuah kerangka pikiran. Sebuah sistem cara berpikir. Memandang sesuatu dari segi baiknya saja, kendati orang lain menganggapnya buruk.

Orang optimis biasanya lebih mungkin bisa mencapai apa yang ia inginkan, bila dibanding dengan orang pesimis, yakni orang yang melihat sesuatu dari sudut negatif. Orang pesimis telah gagal, bahkan sebelum mulai sesuatu. Orang optimis telah berhasil, bahkan sebelum ia memulai pekerjaannya (Napoleon Hill dalam Berpikir dan menjadikaya).

Di sana akan ditemukan hal tak terduga, yakni, ternyata selama ini orang hidup dalam lingkungan yang pesimis, tidak ada harapan untuk maju. Tidak ada harapan untuk hidup bahagia. Sebagian besar orang terjebak dalam paradigmanya sendiri. Paradigma yang jauh dari kenyataan semesta.

Pengertian

Apa yang dimaksud dengan optimisme atau bersikap optimis? Optimisme merupakan sikap selalu mempunyai harapan baik dalam segala hal serta kecenderungan untuk mengharapkan hasil yang menyenangkan. Optimisme dapat juga diartikan berpikir positif. Jadi optimisme lebih merupakan paradigma atau cara berpikir.

Sewaktu mengalami kegagalan atau tekanan hidup, bagaimana perasaan seorang optimis? Seorang yang berpikiran positif atau berpikir secara optimis tidak menganggap kegagalan itu bersifat permanen. Hal ini bukan berarti bahwa ia enggan menerima kenyataan. Sebaliknya, ia menerima dan memeriksa masalahnya. Lalu, sejauh keadaan memungkinkan, ia bertindak untuk mengubah atau memperbaiki situasi.

Bertolak belakang dengan optimisme, pandangan pesimistis akan menganggap kegagalan dari sisi yang negatif. Umumnya seorang pesimis sering kali menyalahkan diri sendiri atas kesengsaraannya. Ia menganggap bahwa kemalangan bersifat permanen dan hal itu terjadi karena sudah nasib, kebodohan, ketidakmampuan, atau kejelekannya. Akibatnya, ia pasrah dan tidak mau berupaya.

Berpikir positif juga menjadi kunci sukses untuk mengelola stres. Optimisme akan membuat seseorang menghadapi situasi tidak menyenangkan dengan cara positif dan produktif.

Dimana saja seharusnya sikap optimisme itu dimunculkan? Menurut Victor Frankl, Sikap optimis itu dapat dimunculkan dimana saja, bahkan dalam penderitaan sekalipun. Dari pandangan ini kemudian memunculkan pendekatan logoterapi dalam psikologi.

Perbedaan Sikap Optimisme dengan Pesimisme

Dum Spiro Spero mengungkapkan: (Dimana ada kehidupan, disana ada harapan!) … Bila saya adalah salah satu dari benda-benda di langit, saya akan bersinar diatas yang baik dan buruk … Tetapi saya adalah seorang manusia.

Sikap mental orang pesimis menjurus kepada keputusasaan, sikap mental orang optimis memancarkan harapan. Sikap mental kedua, yaitu orang optimis yang harus kita peluk erat. Optimis sepanjang waktu akan membuat kita tetap bersemangat menjalani hari-hari yang kadang kita rasa membosankan.

Optimisme menghasilkan engergi positif, tetapi pesimisme menguras energy yang ada dengan menutupi atau membuang-buang energy yang ada. Jika pesimisme menuntun kedepan, maka pesimisme mendorong kebelakang, bahkan jauh kebelakang menjadi orang-orang yang neurotic.

Mamfaat Sikap Optimisme

Para ilmuwan telah membuat kesimpulan atas riset selama puluhan tahun tentang manfaat berpikir positif dan optimisme bagi kesehatan. Hasil riset menunjukkan bahwa seorang optimis lebih sehat dan lebih panjang umur dibanding orang lain apalagi dibanding dengan orang pesimis. Para peneliti juga memperhatikan bahwa orang yang optimistis lebih sanggup menghadapi stres dan lebih kecil kemungkinannya mengalami depresi. Berikut ini beberapa manfaat bersikap optimis dan sering berpikir positif.

  • Lebih panjang umur 
  • Lebih jarang mengalami depresi
  • Tingkat stres yang lebih kecil
  • Memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik terhadap penyakit
  • Lebih baik secara fisik dan mental
  • Mengurangi risiko terkena penyakit jantung
  • Mampu mengatasi kesulitan dan menghadapi stres
Mengapa manfaat ini bisa diperoleh bagi orang yang optimis dan berpikiran positif? Karena biasanya orang yang optimis akan menghindari kegiatan yang dilakukan orang yang pesimis dalam menghadapi stres dan tekanan hidup. Orang pesimis ketika menghadapi stres akan mengalihkan perhatian dengan kegiatan seperti merokok, konsumsi alkohol, dan menikmati makanan tanpa terkendali. Sedangkan seorang optimis akan melakukan lebih banyak aktivitas fisik yang positif, mengikuti diet sehat, serta mengurangi rokok dan alkohol.

Cara untuk Bersikap Lebih Optimistis

Jika Anda sering berpikir secara negatif terhadap orang lain ataupun terhadap situasi yang berat, bukan berarti Anda tidak dapat berpikir positif. Anda dapat mengubah cara berpikir negatif menjadi positif. Tidaklah sulit untuk melakukannya, namun membutuhkan waktu dan latihan untuk membuat kebiasaan baru ini. Berikut ini beberapa cara untuk lebih optimistis dan memiliki pikiran dan sikap yang positif. 
Periksa diri Anda (instropeksi diri/Muhasabah)
Sewaktu berpikir bahwa tidak akan bisa menikmati suatu peristiwa buruk atau tidak akan sukses melakukan suatu tugas, segera singkirkan pikiran itu. Berfokuslah pada hal positif yang akan dihasilkan. Lakukan pemeriksaan secara berulang. Jika pikiran negatif lebih banyak, maka segera alihkan dengan pikiran positif.

Ikuti gaya hidup sehat


Berolahraga tiga kali sehari dapat mengubah suasana hati menjadi positif dan mengurangi stres. Pola makan yang sehat juga mempengaruhi pikiran dan tubuh. Serta coba mengelola stres.

Nikmati pekerjaan (Enjoy)

Berupayalah menikmati pekerjaan Anda. Tidak soal pekerjaan Anda, carilah aspek-aspek yang menyenangkan.
 
Cari teman yang positif

Carilah teman-teman yang memandang kehidupan dengan positif. Orang-orang demikian adalah orang yang optimis dan selalu mendukung dengan memberi saran yang baik. Sebaliknya jika dikelilingi oleh orang-orang pesimis, akan meningkatkan stres bahkan membuat ragu untuk mengelola stres dengan cara yang sehat.
 
Hadapi dan terima (Qana’ah)

Hadapilah situasi yang dapat Anda kendalikan; berupayalah menerima situasi yang tidak dapat Anda kendalikan.

Miliki rasa humor


Cobalah untuk tersenyum dan tertawa khususnya saat menghadapi saat yang sangat sulit. Carilah kejadian yang mengundang tawa dalam kegiatan sehari-hari. Rasa humor yang baik membantu seseorang memiliki pikiran, emosi, dan perilaku yang lebih positif.
 
Catat hal baik

Setiap hari, catatlah tiga hal baik yang dialami dan ingat hal-hal yang buruk untuk diubah.
 
Aturan sederhana

Jangan katakan apapun kepada diri Anda sesuatu yang tidak ingin Anda katakan ke orang lain.

Memang untuk bersikap optimistis sangatlah tidak mudah. Bencana alam, beban hidup, dan juga musibah bisa terjadi yang membuat banyak orang merasa sulit untuk berpikiran positif. Namun dengan berupaya bersikap optimis dan berpikir positif akan menghasilkan kehidupan yang lebih sehat dan lebih memuaskan.

Siapa saja yang seharusnya optimis

  • Masyarakat Harus Optimis
Orang optimis adalah orang yang berfikir bahwa rezeki di dunia ini begitu banyak, sehingga ia berusaha keras untuk meraihnya, ia yakin rezeki yang bayak itu pasti ia dapatkan, jika tak cepat, mungkin juga kurang cepat, namun ia yakin pasti mendapatkannnya, meski dengan melalui beberapa ketidakberhasilan.

Dalam hal berusaha, orang optimis bersedia menunda mengaharap hasil sampai waktu yang sesuai untuknya. Jadi, orang optimis bukan tukang utang. Ia dapat menikmati apa yang telah ia dapatkan, seraya mencari yang lain.

  • Pemeluk Agama Optimis
Dalam hal beragama, orang optimis hanya berfikir untuk mencari pahala dan berbuat baik untuk manusia lain. Orang beragama yang optimis tidak menyibukkan diri dengan mengkritik ibadah dan gaya hidup orang lain. Ia lebih banyak memberi jalan keluar dari orang lain, dan ia tak pernah menyalahkan siapapun meski memang salah, namun, ia mengajukan penyelesaian.

Orang optimis selalu merasa dirinya aman dan terlindung. Ia merasa semua orang adalah saudaranya. Hidup orang optimis adalah hidup orang yang bahagia. Ia selalu membantu orang lain keluar dari kesulitan, tetu saja sesuai kemampuannya. Ummat optimis lebih bayak mengingat surga dari neraka.

  • Pemimpin yang Optimis
Pemimpin optimis adalah pemimpin yang menganggap anggotanya selalu bersamanya untuk membangun organisasi. Pemimpin menganggap seluruh anggotanya adalah saudaranya. Pemimpin bertindak sebagai pengasuh, sebagai orang tua bagi seluruh anggota. Pemimpin yang begini adalah pemimpin yang diidolakan sepanjang zaman.

Penjabat kuasa yang optimis adalah pejabat yang berprinsip bahwa jabatannya sebagai amanah yang harus ia pertanggung jawabkan. Ia sadar bahwa ia diamanatkan. Pejabat optimis bertindak sebagai penunjuk jalan bagi kemajuan organisasi. Ia bekerjasama dengan segenap anggota yang beberapa orang lebih pandai dari dia. Kendati ia adalah orang nomor satu di, ia tahu, orang lain yang lebih pandai itu, mungkin saja tidak mau menjadi pejabat di kursinya sekarang. Pejabat optimis hanya ambil yang haknya saja.

  • Atasan Optimis
Atasan optimis adalah yang mampu membuat bawahannya bekerja maksimal. Atasan yang begini bisa membuat suasana tempat bekerja yang ia pimpin sebagai tempat yang penuh kegembiraan dan persaudaraan. Kehadirannya selalu dinantikan bawahan. Ia disayangi, bukan disegani, apalagi ditakuti. Ia mampu menyemangati siapapun, kendati keadaan perusahaannya sedang dalam masaalah besar. Ia selalu bisa menunjukkan peluang untuk maju. Dalam mulutnya selalu keluar kata ‘Ayo!” tak pernah mulutnya mengucapkan “Jangan!”
  • Manusia Optimis
Orang optimis mampu menghidupkan sebuah kampung yang telah mati. Ia bisa membuat sesuatu yang dibilang lingkungannya tak mungkin. Orang optimis bisa mempengaruhi bangsanya yang tertindas untuk menuntut merdeka. Ia seorant motivator handal dan ulung. Hidup bersama orang semacam ini adalah sebuah anugrah. Ada anugrah yang lebih besar, yakni, membuat diri kita menjadi optimis dalam segala hal. Optimis adalah sikap yang membuat seseorang menjadi pemenang.

Satu hal yang lebih menggembirakan, orang optimis bisa membuat orang di sekelilingnya ikut optimis, tetulah jika aura keoptimisannya lebih besar dari orang-orang tersebut. Jika ingin punya aura optimis yang besar, maka kita harus menguasai tehnik berkomunikasi yang efektif. Komunikasi efektif diperlukan karena budaya penduduk bumi bersumber darinya. Dan kita tahu, bapak moyang komunikasi adalah berbicara, selanjutnya barulah menulis.

Para orator ulung dan para penulis besar telah mengubah dunia dengan kemampuan berkomunikasi yang mereka miliki. Itu semua terjadi karena mereka telah berpikir optimis jauh-jauh hari sebelum ia dikenal orang. Saat ia mulai ke puncak pencapaiannya, amat banyak tantangan yang harus ia tundukkan. Ia terus berjalan di jalan yang telah ia pilih. Yang orang tahu hanyalah secuil keberhasilannya, sedangkan ratusan, bahkan ribuan ketidakberhasilannya tak dihiraukan lagi. Begitulah hasil pola pikir optimis.

Kesimpulan

Orang yang optimism selalu mengambil sisi-sisi positif dari segala hal yang dihadapi. Kendati begitu, optimisme kadang jadi becana. Optimisme yang begitu disebut optimisme buta. Optimisme semacam ini dipraktikkan tanpa pendukung yang memadai. Orang semacam ini disebut pemikir optimis, artinya optimis itu hanya dalam pemilirannya saja, namun ia tak menyediakan pendukung. Jika ini yang terjadi, dapat dipastikan, orang itu takkan berhasil. Optimis yang tepat adalah optimisme positif. Orang begini disebut peyakin positif. Bedanya hanya pada pendukung. Misalnya, jika diturunkan ke sebuah danau, pemikir positif langsung turun ke danau itu, ia menganggap danau itu dangkal dan ia bisa berenang walau tak pernah mempelajarinya. Sedangkan peyakin positif adalah orang yang telah belajar berenang, dan ia telah mencari tahu, berapa dalam danau itu.

Para pemikir positif sering membawa kehancuran, sedangkan para peyakin positif sering membawa kemajuan, kendati butuh waktu lebih lama. Misal dalam hal politik, politik praktis adalah cara berpolitik orang pesimis. Sedangkan politik manusiawi dipraktikkan peyakin positif.


Sumber:

Frankl. Victor E. 2008. Optimisme di Balik Tragedi (Terjemahan). Bandung: Nuansa
Jalaluddin. 2008. Psikologi Agama. Jakarta: Raja Grafindo
Hill, Napoleon. 1997. Berpikir dan Menjadi Kaya. Jakarta: Bumi Akasara
http://kumpulan.info/sehat/artikel-kesehatan/48-artikel-kesehatan/226-berpikir-positif-dapat-meningkatkan-kesehatan.html
http://www.harian-aceh.com/fokus/1357-optimisme.html
http://www.marxists.org/indonesia/archive/trotsky/1901-Optimisme.htm
http://agusriyanto.wordpress.com/2010/03/23/pentingnya-menumbuhkan-optimisme/
http://ermayani-da.students-blog.undip.ac.id/2010/04/09/optimisme-berpengaruh-pada-kesehatan/
 

Sabtu, 22 September 2012

"Sopan Santun" Sebuah Sikap yang Terlupakan

Banyak pendapat menyatakan anak muda sekarang kurang menghargai sesamanya, penghormatan kepada orang yang lebih tua dan empati kepada yang menderita dinilai menipis. Salah satu contohnya yang mudah dilihat adalah membiarkan orang tua, perempuan hamil atau ibu yang sedang menggendong anaknya berdiri, sementara anak muda memilih tetap duduk di kursi dalam angkutan umum. Benarkah itu?
Iya, memang tak dapat dipungkiri, seiring dengan perkembangan zaman, tingkah laku para remaja kian berubah dari waktu ke waktu. Rasa hormat terhadap orang yang lebih tua secara terang-terangan sering kali tak ditunjukkan. Datangnya kebudayaan dari barat sangat mempengaruhi nilai-nilai tradisional bangsa Indonesia, sehingga semakin lama nilai tradisional Negara kita sendiri semakin pudar. Para remaja Indonesia kian mengikuti dan mencontoh kebudayaan luar negeri dan melupakan nilai-nilai tradisional Negara sendiri, seperti contohnya kesopanan.
Sopan santun, atau juga dikenal sebagai tata krama, merupakan salah satu ciri khas dari masyarakat Indonesia. Sejak dahulu, bangsa Indonesia dikenal dengan keramahannya, kesopanannya, serta adat istiadat yg dijunjung tinggi. Namun, apabila kita berkaca pada kehidupan bangsa saat ini, sungguh ironis sekali dimana banyak sekali pergeseran yang dilakukan oleh anak- anak, remaja mengenai budaya sopan santun ini. Di majalah, televisi, internet, tak jarang orang berani melakukan perilaku yang sebenarnya dianggap tidak sopan, namun sudah dianggap biasa.
Secara tidak langsung dengan kurangnya kita bersopan santun dan bertatakrama, jati diri kita sebagai bangsa indonesia sudah mulai luntur. Inilah masalah besar yang timbul dari hal sepele, perkara yang seharusnya kitaperhatikan sejak kita masih kecil, hal yang seharusnya diajarkan oleh para orang tua. Memang, masih banyak orang dari bangsa ini yang masih menjunjung kesopanan dan tatakrama, tetapi lebih banyak lagi orang-orang yang telah melupakan tentang tatakrama dan sopan santun tersebut. Inilah persoalan yang mendasar yang menjadi permasalahan bangsa indonesia saat ini. “Krisis jati diri” mungkin itu kata yang tepat untuk menyebutkan situasi bangsa Indonesia saat ini. Sebenarnya kata itu sangat menyakitkan hati bagi oarang-orang yang mau berfikir. Bangsa ini merupakan bangsa yang berbudaya , namun bangsa ini kini telah kehilangan jatu dirinya. Bangsa yang duluhebat karena budayanya, kini telah rapuh dengan sendirinya. Persoalan inilah yang menimbulkan masalah yang lebih besar dan mengerikan.
Pada dasarnya kita harus sopan dimana saja, kapan saja dan dalam kondisi apapun. Apalagi kita hidup dalam budaya Timur yang sarat akan nilai-nilai kesopanan, sehingga seharusnya kita berpatokan dalam budaya timur dan berpedoman pada sopan santun ala timur. Sopan santun itu bukan warisan semata dari nenek moyang, lebih dari itu, dia sudah menjadi kepribadian kita. Memang kadar kesopanan yang berlaku dalam setiap masyarakat berbeda–beda, tergantung dari kondisi sosial setempat. Dan permasalahan ini sangat komplek karena berkaitan dengan faktor internal dan eksternal yang menyebabnya lunturnya nilai sopan santun.
Faktor eksternal terealisasi dalam kondisi sekarang yang secara realita kebudayaan terus berubah karena masuknya budaya barat yang akan sulit mempertahankan kesopanan disemua keadaan ataupun disemua tempat. Perubahan tersebut mengalami dekadensi karena berbedanya kebudayaan barat dengan kebudayaan kita. Misalnya saja sopan santun dalam tutur kata. Di barat, anak-anak yang sudah dewasa biasanya memanggil orang tuanya dengan sebutan nama, tetapi di Indonesia sendiri panggilan tersebut sangat tidak sopan karena orang tua umurnya lebih tua dari kita dan kita harus memanggilnya bapak ataupun ibu. Kemudian sopan santun dalam berpakaian, diluar negeri orang yang berpakaian bikini dipantai bagi mereka wajar. Tapi bagi kita berpakaian seperti itu sangat tidak sopan karena dianggap tidak sesuai dengan norma kesopanan. Selanjutnya Sopan santun dalam bergaul, dibarat jika kita bertemu teman yang berlawanan jenis kita boleh mencium bibirnya, tetapi di Indonesia hal tersebut sangat bertentangan dengan kesusilaan. Oleh karena kebudayaan yang masuk tidak tersaring sepenuhnya menyebabkan lunturnya sopan santun.
Sedangkan faktor internalnya ada pada diri sendiri, keluarga, lingkungan tempat nongkrong, lingkungan sekolah, ataupun media massa. Pengetahuan tentang sopan santun yang didapat disekolah mungkin sudah cukup tapi dilingkungan keluarga ataupun tempat tongkrongan dan media massa kurang mendukung tindakan sopan disemua tempat ataupun sebaliknya, sehingga membuat tindakan sopan yang dilakukan oleh anak-anak atau pun remaja hanya dalam kondisi tertentu. Misalnya penyebutan nama bagi yang umurnya lebih tua masih dianggap tidak sopan sehingga mereka memanggil mas, bang, aa, ataupun yang lain. Sedangkan dalam berpakaian ataupun yang lain kurang diperhatikan. Kita sendiri tak memungkiri keadaan tersebut , kondisi lingkungan yang kurang peduli terhadap kesopanan, sehingga akhirnya pada saat-saat tertentu saja kita sopan. Seperti disekolah, ditempat kuliah, ataupun di tempat-tempat formal yang lainnya. Keadaan ini seharusnya jangan sampai terjadi karena lama kelamaan akan menimbulkan hilangnya kebudayaan kita dan mungkin akhirnya kita tidak mempunyai kebudayaan sendiri.
Fakta lain yang menunjukkan menurunnya tingkat kesopanan remaja di Indonesia adahal seperti halnya zaman dahulu, para remaja sangatlah sopan terhadap orang yang lebih tua. Mereka harus berlutut atau dalam bahasa jawa “sungkem” jika sedang berhadapan dengan orang yang lebih tua. Para remaja sangat hormat dan tunduk kepada orang tua dan hal tersebut membuktikan bahwa para remaja sangatlah sopan terhadap orang tua. Tetapi sangatlah berbeda dengan zaman sekarang. Kebanyakan remaja berlaku tidak sopan terhadap orang yang lebih tua. Melawan ketika dinasihati, memotong pembicaraan, membiarkan berdiri sedangkan ia tetap memilih duduk dikursi dalam angkutan umum, dan masih banyak lagi lainnya.
Melihat kondisi demikian, agaknya tepat jika orang tua ikut berperan dalam pembentukan etika pada anak. Dan orang tua pula dituntut untuk mengajarkan nilai-nilai tersebut. Namun mengajarkan etika tidak bisa dilakukan hanya satu hari. Hal ini membutuhkan proses yang cukup panjang dan haris dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan. Hal tersebut adalah suatu langkah awal untik membentuk suatu generasi yang sadar diri terhadap tatakrama dan sopan santun.
Pendidikan karakter juga harus terus diupayakan sebagai pengganti dari konsep Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang kini telah tiada dan hanya tinggal menjadi sebuah nama dalam perjalanan sejarah masa lalu. Pengertian karakter yang banyak dikaitkan dengan pengertian budi pekerti, akhlak mulia, moral, dan bahkan dengan kecerdasan ganda (multiple intelligence) kiranya bisa membantu dalam membentuk norma kesopanan pada anak. Hal ini Mengingat lingkungan pendidikan merupakan tempat di mana waktu banyak dihabiskan maka perannya juga tidak boleh dikecilkan. Sayangnya, pendidikan budaya di lingkungan sekolah sejauh ini belum bisa mencapai tujuan utamanya. Pendidikan bahasa Jawa hanya mengajarkan tutur bahasa Jawa. Seharusnya, pengajaran tentang kebudayaan Jawa yang berkaitan dengan budi pekerti dan kepribadian juga diajarkan. Perkembangan zaman saat ini merupakan pemicu dari lambatnya pemahaman budaya masyarakat termasuk pendidik. Selain itu, secara disiplin ilmu mereka juga tidak paham tentang budaya sebenarnya. Padahal pendidikan karakter yang selama ini digemborkan dalam sistem pendidikan, sangat erat kaitannya dengan kearifan lokal, termasuk budaya dan bahasa Jawa.
Nilai-nilai tradisional sebenarnya sangatlah penting bagi remaja-remaja itu sendiri. Nilai-nilai kesopanan yang dibawa remaja-remaja Indonesia akan memberi dampak positif bagi mereka yang membawanya. Remaja-remaja yang menjaga kesopanan di mana saja dan terhadap siapa saja akan dinilai lebih oleh orang lain dan hal tersebut menjadikan image yang bagus bagi remaja itu sendiri. Menjaga kesopanan juga menjanjikan masa depan yang lebih baik karena orang-orang akan menganggap kita tinggi dan bermartabat.
Nilai-nilai tradisional terutama kesopanan harus tetap dijaga para remaja Indonesia sehingga tidak hilang seiring dengan berkembangnya zaman. Nilai-nilai kesopanan sangatlah penting dalam hidup bermasyarakat dan bersosialisasi dengan orang banyak sehingga orang lain juga dapat menghormati kita sebagaimana kita telah menjaga kesopanan dikalangan orang banyak. Dengan menjaga nilai-nilai kesopanan kita, para remaja yang disebut-sebut sebagai penerus bangsa, juga dapat memajukan bangsa Indonesia dengan menjaga nilai-nilai tradisional yang sudah dibawa dari dulu.
Tulisan ini hanya sekadar mengungkapkan kekecewaan penulis atas berkurangnya nilai-nilai kesopanan yang dimiliki bangsa ini. Marilah kita mulai membuka mata, dan melihat kembali di sekeliling kita, apakah sopan santun itu masih ada, atau hanya akan menjadi budaya yang terlupakan oleh bangsa ini.
Renungkanlah sejenak, meskipun kesopanan itu merupakan bagian kecil dari kehidupan, kesopanan inilah yang akan membuat hidup kita jadi lebih baik. Mari kita mulai untuk menghidupkan kembali budaya sopan santun yang baik. Menanamkan itu pada anak cucu kita, sehingga ciri khas dari bangsa ini tidak akan hilang ditelan waktu. “Sopan santun sebuah budaya yang terlupakan” hanyalah sebagai pengingat untuk kita agar tidak melupakan perilaku sopan dan santun dalam kehidupan ini.
Teruntuk generasi-generasi muda Indonesia yang cerdas, semangat, baik, berwawasan luas, sehat jasmani dan rohani, moral yang baik dan menjunjung tinggi kesopanan, mari kita bersatu rapatkan barisan kita, perbaiki kembali kepribadian kita, akhlak kita, moral kita, dan lihatlah ke dalam diri kita sendiri dan renungkan kembali apa yang harus kita lakukan sebagai generasi muda Indonesia agar Negara kita Negara yang bersih, sehat, maju, kuat, dan cerdas dengan anak-anak dari generasi yang akan datang. Kita semua tahu, sebagi generasi muda Indonesia masa depan Indonesia bergantung pada generasi muda selanjutnya yang akan maju menggantikan generasi senior yang memang sudah waktunya menyerahkan kepemimpinan kepada generasi-generasi muda untuk mengurus dan membenahi Negara kita Indonesia menjadi Negara yang lebih baik, adil, jujur, dan bersih dari segala macam keburukan-keburukan yang kotor.

Dikutip : www.infodiknas.com

Jumat, 21 September 2012

Keutamaan Hari Jum'at

Hari Jum'at, memangnya memiliki keutamaan? Rasanya biasa-biasa aja tuch, mungkin itulah pernyataan yang anda lontarkan di dalam hati. Tapi apakah anda tahu bahwa hari jum'at itu memiliki banyak keutamaan dibandingkan dengan hari-hari lainnya, contoh jika kita memberikan sedekah kepada orang di hari jum'at itu adalah lebih baik dari hari apapun. Ingin tahu apa saja keutamaan hari jum'at lainnya? Berikut adalah 9 Keutamaan hari jum'at menurut ajaran islam yang perlu anda ketahui.

1. Hari Terbaik
Abu Hurairah z meriwayatkan bahwa Rasulullah y bersabada: "Hari terbaik dimana pada hari itu matahari terbit adalah hari Jum'at. Pada hari itu Adam diciptakan, dimasukkan surga serta dikeluarkan darinya. Dan kiamat tidak akan terjadi kecuali pada hari Jum'at

2. Terdapat Waktu Mustajab untuk Berdo'a.
Abu Hurairah z berkata Rasulullah y bersabda: " Sesungguhnya pada hari Jum'at terdapat waktu mustajab bila seorang hamba muslim melaksanakan shalat dan memohon sesuatu kepada Allah pada waktu itu, niscaya Allah akan mengabulkannya. Rasululllah y mengisyaratkan dengan tangannya menggambarkan sedikitnya waktu itu (H. Muttafaqun Alaih)

Ibnu Qayyim Al Jauziah - setelah menjabarkan perbedaan pendapat tentang kapan waktu itu - mengatakan: "Diantara sekian banyak pendapat ada dua yang paling kuat, sebagaimana ditunjukkan dalam banyak hadits yang sahih, pertama saat duduknya khatib sampai selesainya shalat. Kedua, sesudah Ashar, dan ini adalah pendapat yang terkuat dari dua pendapat tadi (Zadul Ma'ad Jilid I/389-390).

3. Sedekah pada hari itu lebih utama dibanding sedekah pada hari-hari lainnya.
Ibnu Qayyim berkata: "Sedekah pada hari itu dibandingkan dengan sedekah pada enam hari lainnya laksana sedekah pada bulan Ramadhan dibanding bulan-bulan lainnya". Hadits dari Ka'ab z menjelaskan: "Dan sedekah pada hari itu lebih mulia dibanding hari-hari selainnya".(Mauquf Shahih)

4. Hari tatkala Allah l menampakkan diri kepada hamba-Nya yang beriman di Surga.
Sahabat Anas bin Malik z dalam mengomentari ayat: "Dan Kami memiliki pertambahannya" (QS.50:35) mengatakan: "Allah menampakkan diri kepada mereka setiap hari Jum'at".

5. Hari besar yang berulang setiap pekan.
Ibnu Abbas z berkata : Rasulullah SAW bersabda:
"Hari ini adalah hari besar yang Allah tetapkan bagi ummat Islam, maka siapa yang hendak menghadiri shalat Jum'at hendaklah mandi terlebih dahulu." (HR. Ibnu Majah)

6. Hari dihapuskannya dosa-dosa
Salman Al Farisi z berkata : Rasulullah y bersabda: "Siapa yang mandi pada hari Jum'at, bersuci sesuai kemampuan, merapikan rambutnya, mengoleskan parfum, lalu berangkat ke masjid, dan masuk masjid tanpa melangkahi diantara dua orang untuk dilewatinya, kemudian shalat sesuai tuntunan dan diam tatkala imam berkhutbah, niscaya diampuni dosa-dosanya di antara dua Jum'at". (HR. Bukhari).

7. Orang yang berjalan untuk shalat Jum'at akan mendapat pahala untuk tiap langkahnya, setara dengan pahala ibadah satu tahun shalat dan puasa.

Aus bin Aus z berkata: Rasulullah y bersabda: "Siapa yang mandi pada hari Jum'at, kemudian bersegera berangkat menuju masjid, dan menempati shaf terdepan kemudian dia diam, maka setiap langkah yang dia ayunkan mendapat pahala puasa dan shalat selama satu tahun, dan itu adalah hal yang mudah bagi Allah". (HR. Ahmad dan Ashabus Sunan, dinyatakan shahih oleh Ibnu Huzaimah).

8. Wafat pada malam hari Jum'at atau siangnya adalah tanda husnul khatimah, yaitu dibebaskan dari fitnah (azab) kubur.

Diriwayatkan oleh Ibnu Amru , bahwa Rasulullah y bersabda:"Setiap muslim yang mati pada siang hari Jum'at atau malamnya, niscaya Allah akan menyelamatkannya dari fitnah kubur". (HR. Ahmad dan Tirmizi, dinilai shahih oleh Al-Bani).

9. Hari paling utama di dunia
Ada beberapa peristiwa yang terjadi pada hari jum’at ini, antara lain:
  • Allah menciptakan Nabi Adam ‘alaihissallam dan mewafatkannya.
  • Hari Nabi Adam ‘alaihissallam dimasukkan ke dalam surga.
  • Hari Nabi Adam ‘alaihissallam diturunkan dari surga menuju bumi.
  • Hari akan terjadinya kiamat.
  • Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:

“Hari paling baik dimana matahari terbit pada hari itu adalah hari jumat, pada hari itu Adam diciptakan, dan pada hari itu pula Adam dimasukkan ke dalam surga, serta diturunkan dari surga, pada hari itu juga kiamat akan terjadi, pada hari tersebut terdapat suatu waktu dimana tidaklah seorang mukmin shalat menghadap Allah mengharapkan kebaikan kecuali Allah akan mengabulkan permintannya.” (HR. Muslim)

Kamis, 20 September 2012

Obat Anti Malas

Beberapa waktu belakangan ini, sipemimpi semakin merasa MALAS. Memang sejak kecil sipemimpi menderita penyakit malas ini, namun tidak separah sekarang. Malas ngapa-ngapain, malas ini-itu. Sepertinya makan dan mimpi saja yang tidak malas. Puncaknya beberapa hari ini, rasa malas menjalar ke seluruh organ tubuh, mulai dari otak, hati, jantung, tulang, bahkan lemak. Makanya, badan sipemimpi semakin melar kedepan dan kesamping, mungkin saking malasnya. Tidak masalah kalau yang merasakannya adalah sipemimpi sendiri. Yang masalah adalah kalau malas ini menjalar, minimal berefek kurang baik bagi orang terdekat dan sekitar sipemimpi. Orang sekitar menjadi negatif thinking terhadap si pemalas, ”Tak dapat diandalkan”, batin mereka.
Dalam bahasa Inggris, malas disepadankan dengan kata ”Lazy” (bukan ”Lady”) atau ”Indolence” (bukan ”Indonesia”) atau ”Laziness”, yang berarti keengganan melakukan kegiatan atau aktivitas meskipun memiliki kemampuan untuk melakukannya, atau singkatnya, malas adalah kurangnya keinginan untuk mengeluarkan usaha (wikipedia).
Menurut Sigmund Freud, kemalasan adalah sebuah kesenangan. Betul juga sih, bermalas-malasan walaupun berefek buruk, selalu membuat kita merasa senang. Malas adalah hal paling mudah dan murah membuat senang orang yang bermental pemalas.
Bagaimana dengan pandangan Islam? كسل adalah istilah dalam bahasa Arab yang digunakan dalam Al-Quran untuk kemalasan, tidak aktif dan kelesuan. Kebalikan dari kemalasan adalah Jihad al-Nafs, yaitu perjuangan melawan diri, melawan ego sendiri. Di antara lima rukun Islam, Shalat dan Puasa selama bulan Ramadhan adalah bagian dari tindakan melawan Nafsu dan Kemalasan.
Malas adalah salah satu penyakit yang sering selalu muncul, kadang tiba-tiba, tak jarang bahkan menetap dalam hati dan pikiran. Secara psikologis, malas memang bukan penyakit fisik yang dapat terlihat secara kasat mata. Malas adalah salah satu penyakit dari dalam jiwa yang berbahaya karena menyerang hati dan otak, pusat seluruh organ kita. Waspadalah, penyakit malas secara epidemiologi tidak memandang orang, waktu, dan tempat. Seluruh golongan umur, tua, muda, anak-anak, remaja dapat terkena penyakit ini. Seluruh tempat di dunia ini bisa terjangkit wabah malas, kapanpun!
Malas dapat disebut sebagai kelemahan mental, karena virus malas menyerang bagian penting dalam pergerakan hidup manusia, mental. Dengan mental yang kuat kita dapat bersemangat dan optimis menghadapi hidup, tidak adanya kekuatan mental akan membuat manusia berada dalam jurang pesimistis.
Selain Malas itu sendiri, banyak faktor yang menyebabkan orang menjadi malas, beberapa diantaranya;
- terlalu terbebani dengan tugas,
- tidak suka dengan pekerjaan yang ia kerjakan,
- keadaan yang tertekan,
- bawaan sejak lahir,
- terlalu banyak harapan (muluk-muluk) yang tidak dapat direalisasikan, dan lain-lain.
Tapi semua itu tak dapat dijadikan alasan untuk bermalas-malasan. Ketika mulai terjangkit penyakit malas, cobalah beberapa trik dari voa-islam.com berikut ini yang akan coba sipemimpi terapkan juga:
1. Intropeksi diri dan keinginan kuat untuk berubah
Semua orang sadar dan tahu kalau malas itu tidak baik, anehnya ternyata kita sering melakukan hal ini (malas). Sifat dan perbuatan malas memang manusiawi, namun janganlah semakin me-manusiakan malas. Makanya, butuh keinginan kuat untuk berubah menjauhi malas.
Langkah awal ketika kita terjangkit malas adalah introspeksi dan berniat untuk berubah, karena ketika seseorang mempunyai niat dan keinginan yang kuat maka ia akan menemukan cara dan jalan keluar dari setiap masalah yang ia hadapi. Tak ada yang tak mungkin di dunia ini, selama ada niat dalam diri maka yakinlah kesuksesan akan selalu menghampiri.
Keinginan untuk berubah ini dibarengi dengan sedikit merenung akan dampak negatif dan positif yang kita dapat dari kemalasan ini. Sesudah merenung dan intropeksi diri kita bisa meninggalkannya sambil sedikit tersenyum dan katakan dalam diri; “Saya akan selalu semangat dan tidak akan malas lagi”.
Untuk berubah, janganlah ditunda hingga esok. Mulailah dari sekarang, tak ada kata nanti, esok, ini dan itu. Semua sudah harus dimulai saat ini juga karena tugas kita lebih banyak dari kesempatan yang kita miliki. Kalau bukan sekarang kapan lagi? Kalau bukan kita, siapa lagi? Dan kalau bukan dari hal ini darimana lagi?
2. Bangkit, bergerak dan cari Motivasi untuk terus bangkit.
Setelah membulatkan tekad dan niat untuk meninggalkan kemalasan, kita mulai kembali beraktifitas. Kita bisa memulai dari kegiatan yang paling kita sukai namun masih membawa manfaat. Mencoba kegiatan baru yang tak biasa juga tak ada salahnya, semakin banyak kita menyibukkan diri semakin terkikis pula kemalasan kita. Usahakan penuhi hari-hari dengan kegiatan dan aktifitas. Dari aktifitas-aktifitas yang kita lakukan mungkin akan membentuk sebuah kebiasaan baru yang menyenangkan hingga kita akan merasa senang melakukannya.
Beberapa pilihan untuk mengisi hari-hari malas:
• Menonton acara TV yang dapat membangkitkan semangat dan motivasi seperti Kick Andy, Mario Teguh, ESQ dan lain-lain.
• Mengunjungi kawan dan saudara (silaturahmi), selain menjalin persaudaraan, kita juga mendapat pahala dan karunia berupa umur panjang dan rizki yang luas. Kita juga dapat mengendurkan otot yang sedang tegang dengan saling bercanda ria dan bertukar cerita.
• Rekreasi, mungkin kegiatan yang penuh kadang membuat kita jenuh. Rekreasi dapat menjadi selingan dari sekian kegiatan kita yang padat. Rekreasi yang murah seperti ke taman atau pusat perbelanjaan bisa menjadi pilihan ekonomis. Rekreasi bisa mencerahkan pikiran dan menyehatkan mata.
• Membaca buku motivasi yang memotivasi untuk dapat bangkit dan bergerak kembali.
3. Ciptakan tujuan dan target hidup.
Tujuan dan target ibarat peta, tanpanya perjalanan hidup akan terasa hampa dan tak terarah. Sudah seharusnya bagi seorang yang ingin bangkit dari kemalasan untuk membuat tujuan dan target dalam hidupnya, kalaupun sudah ada ia dapat mengeceknya kembali serta menganalisis kelemahan apa saja yang ia miliki dalam mencapai tujuan dan target hidup tersebut.
Setelah menentukan tujuan dan arah hidup, hal penting lainnya adalah disiplin. Tanpanya semua yang sudah direncanakan akan nihil dan sia-sia. Jangan pernah memberi peluang pada hawa nafsu untuk menjatuhkan kita dalam lubang kemalasan untuk yang kesekian kalinya.
4. Benahi hati.
Pusat penyakit malas adalah hati. Semua akan dapat diselesaikan dengan menyembuhkan hati. Para Ulama memberikan lima alternatif untuk membenahi hati yang sedang error :
• membaca Al Qur’an dengan penuh penghayatan,
• mendirikan shalat malam,
• perbanyak zikir,
• berkumpul dengan orang shaleh dan
• berpuasa.
Hati adalah sentral dari semua organ manusia, ketika ia sudah baik maka seluruh tubuh akan baik begitupun ketika hati masih rusak maka jangan harap organ lain akan baik. Sering-seringlah berbenah hati, Karena kalau sudah rusak kita akan sulit mengobatinya. Pastikan kondisi hati selalu mood dengan banyak bertaqarrub pada yang Maha Kuasa.
5. Bentuk komunitas yang baik.
“Bergaul dengan tukang minyak wangi, akan terkena wangi. Bergaul dengan tukang las akan terkena baunya juga.” begitulah kata pepatah. Pergaulan sedikit banyak mempengaruhi kepribadian dan tingkah laku seseorang. Ketika kita sedang merasakan penyakit ini, cepat-cepatlah mencari komunitas dan lingkungan yang baik untuk dapat menjaga kita dari segala keburukan yang dapat ditimbulkan olehnya. Banyak orang yang dapat menaklukan hawa nafsu dan kemalasannya seorang diri, tapi tak sedikit juga yang tak dapat bangkit dari kemalasan hanya dengan seorang diri. Disinilah peran penting seorang teman dan orang lain untuk dapat memberikan support dan dukungan bagi kita untuk dapat bangkit kembali. Dari komunitas yang baik pula kita akan dapat mengembangkan kemampuan yang lainya. Kenali diri, gali potensi, raih prestasi.
6. Ciptakan kegiatan baru
Setiap sesuatu punya sebab akibat. Karenanya, usahakan semaksimal mungkin untuk meninggalkan segala faktor pendorong munculnya kemalasan ini. Tidur-tiduran, menonton film yang kurang bermanfaat, bergosip, berleha-leha dan menunda-nunda adalah sebagian aktivitas yang sudah harus menjadi “Black List” dan dijauhi dalam agenda hidup kita ke depan. Tak jarang dari kegiatan baru inilah kita menemukan kegiatan yang sesuai dengan karakter atau menjadi sumber pendapatan keuangan kita.
7. Perbanyak doa.
Rasulullah SAW pernah memohon dijauhi dari beberapa perkara; kesulitan, kesedihan, lemah, malas, penakut, pelit, banyak hutang, dan tertindas. Tak ada sesuatu yang dijauhi Rasul kecuali memang ia memiliki dampak negatif yang luar biasa. Salah satu permhonan Rasul di atas adalah dijauhi dari penyakit malas.
Salah satu doa yang sering Rasulullah SAW panjatkan adalah :
“Allahumma inna na’udzubika minal hammi wal hazan wa na’udzubika minal ajzi wal kasal wa na’udzubika minal jubni wal bukhl wa naudzubika min galabatid daini wa qahril rijal”

Dikutip : dari berbagai sumber

Selasa, 18 September 2012

Berhiaslah dengan Rasa Malu

Ingar-bingar kehidupan remaja kita yang tercermin dari tata pergaulannya sudah sampai pada taraf yang sangat memprihatinkan. Rasa malu seakan memunah sementara ‘keberanian’ merambati perilaku mereka.

Di sudut sebuah sekolah, seorang gadis kecil berseragam sekolah melenggang, diiringi langkahnya dengan sejumlah teman laki-lakinya. Tak canggung dia melempar senyum, tertawa, dan bercanda dengan mereka. Di dalam kelas, suatu yang lazim murid laki-laki duduk bersama dan berdiskusi dengan murid perempuan. Justru suatu pemandangan yang ‘aneh’ bila ada seorang murid yang merasa malu melakukan semua itu. Gelaran ‘kuper’, ‘kutu buku’, ‘sok alim’, ‘anak kampungan’, atau yang lainnya bakal segera menghampirinya.
Belum lagi di tempat lainnya yang lazim dikunjungi anak-anak ‘baru gede’ seusai sekolah atau di waktu senggang mereka. Dengan sedikit memoles bibir dengan lipstik, disertai busana yang sedikit ‘berani’, mereka pun menjelajahi mal-mal. Entah benar-benar untuk berbelanja atau sekedar nampang. Tak sedikit pun rasa canggung menghampiri hati mereka.
Allahul musta’an … Hanya kepada Allah sajalah kita mengadukan segala kepahitan ini. Di kala rasa malu dalam jiwa anak-anak sudah terkikis. Mereka tak sungkan lagi melakukan segala sesuatu yang dianggap aib oleh syariat. Benarlah apa yang pernah dikatakan oleh Rasulullah n yang disampaikan pada kita oleh Abu Mas’ud ‘Uqbah bin ‘Amir z:
“Sesungguhnya di antara apa yang didapati manusia dari ucapan nabi-nabi yang terdahulu adalah ‘Apabila engkau tidak malu, maka lakukan apa pun yang engkau mau’.” (HR. Al-Bukhari no. 6120)
Al-Imam Al-Khaththabi mengatakan sebagaimana dinukil oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar v–, “Yang dapat mencegah seseorang terjatuh dalam kejelekan adalah rasa malu.Sehingga bila dia tinggalkan rasa malu itu, seolah-olah dia diperintah secara tabiat untuk melakukan segala macam kejelekan.” (Fathul Bari, 10/643)
Sebenarnya apa malu itu? Para ulama menjelaskan, malu hakikatnya adalah akhlak yang dapat membawa seseorang untuk meninggalkan perbuatan tercela dan mencegahnya dari mengurangi hak yang lainnya. Demikian dikatakan oleh Al-Imam An-Nawawi t dalam kitab beliau Riyadhush Shalihin, Kitabul Adab Bab Al-Haya` wa Fadhluhu wal Hatstsu ‘alat Takhalluqi bihi.
Malu yang ada pada diri manusia ada dua macam:
Pertama, malu yang berasal dari tabiat dasar seseorang. Ada sebagian orang yang Allah k anugerahi sifat malu, sehingga kita dapati orang itu pemalu sejak kecil. Tidak berbicara kecuali pada sesuatu yang penting, dan tidak melakukan suatu perbuatan kecuali ketika ada kepentingan, karena dia pemalu.
Kedua, malu yang diupayakan dari latihan, bukan pembawaan. Artinya, seseorang tadinya bukan seorang pemalu. Dia cakap dalam berbicara dan tangkas berbuat apa pun. Lalu dia bergaul dengan orang-orang yang memiliki sifat malu dan baik sehingga dia memperoleh sifat itu dari mereka. Malu yang bersifat pembawaan itu lebih utama daripada yang kedua ini. (Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyah, Ibnu ‘Utsaimin , hal. 234)
Al-Hafizh v menukilkan dari Ar-Raghib bahwa malu adalah menahan diri dari perbuatan jelek. Dan ini merupakan kekhususan yang dimiliki manusia agar dia dapat berhenti dari berbuat apa saja yang dia inginkan, sehingga dia tidak akan seperti hewan. (Fathul Bari, 1/102)
Sifat malu ini mendapatkan pujian dalam syariat Islam. Rasulullah n menyatakan demikian dalam sabdanya yang disampaikan oleh ‘Imran bin Hushain z:
“Malu itu tidaklah datang kecuali dengan membawa kebaikan.” (HR. Al-Bukhari no. 6117 dan Muslim no. 37)
Bahkan beliau n melarang seorang sahabat yang mencela temannya karena rasa malu yang dimilikinya. Dikisahkan oleh Abdullah bin ‘Umar c:
Nabi n pernah menjumpai seseorang yang sedang mencela saudaranya karena malu. Dia mengatakan, “Kamu ini merasa malu,” sampai dia katakan, “Rasa malu itu telah memudaratkanmu!” Maka Rasulullah n pun berkata, “Biarkan dia, karena malu itu termasuk keimanan.” (HR. Al-Bukhari no. 6118 dan Muslim no. 36)
Abu Hurairah z pernah pula mengatakan bahwa Rasulullah n bersabda:
Iman itu ada tujuh puluh sekian1 cabang. Cabang yang paling utama adalah ucapan ‘tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah’, yang paling rendah menghilangkan gangguan dari jalan, dan malu itu salah satu cabang keimanan.” (HR. Al-Bukhari no. 48 dan Muslim no. 35)
Al-Qadhi ‘Iyadh v dan ulama yang lain menjelaskan, “Sesungguhnya malu termasuk keimanan walaupun malu itu berupa sifat pembawaan. Karena, malu itu terkadang merupakan akhlak yang disandang atau hasil usaha seseorang seperti halnya amalan kebaikan lainnya, dan terkadang pula merupakan sifat pembawaan. Namun pelaksanaannya di atas aturan syariat membutuhkan upaya, niat, dan ilmu. Dengan ini, malu termasuk keimanan. Juga karena malu dapat mendorong seseorang untuk melakukan kebaikan dan mencegahnya dari kemaksiatan.” (Syarh Shahih Muslim, 2/4)
Abdullah bin ‘Umar c pernah mengatakan:
“Malu dan iman itu senantiasa ada bersama-sama. Bila hilang salah satu dari keduanya, hilang pula yang lainnya.” (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad no. 1313, dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-Albani v dalam Shahih Al-Adabil Mufrad: shahih)
Rasulullah n sendiri adalah seorang yang memiliki sifat sangat pemalu. Digambarkan oleh Abu Sa’id Al-Khudri z sifat malu beliau n:
“Rasulullah n lebih pemalu daripada seorang gadis dalam pingitannya. Bila beliau tidak menyukai sesuatu, kami bisa mengetahuinya pada wajah beliau.” (HR. Al-Bukhari no. 6119 dan Muslim no. 2320)
‘Utsman bin ‘Affan z adalah seorang sahabat yang terkenal memiliki sifat pemalu, hingga Rasulullah n pun malu kepadanya. Dikisahkan oleh Aisyah x:
“Suatu ketika, Rasulullah n pernah berbaring di rumahku dalam keadaan tersingkap dua paha atau dua betis beliau. Kemudian Abu Bakr meminta izin menemui beliau. Beliau mengizinkannya masuk, sementara beliau masih dalam keadaannya. Lalu Abu Bakr bercakap-cakap dengan beliau. Kemudian ‘Umar datang meminta izin untuk masuk. Beliau mengizinkannya masuk, sementara beliau tetap demikian keadaannya. Mereka pun berbincang-bincang. Kemudian ‘Utsman datang minta izin untuk menemui beliau. Beliau pun langsung duduk dan membenahi pakaiannya –Muhammad2 berkata: Aku tidak mengatakan bahwa hal ini terjadi dalam satu hari– ‘Utsman pun masuk dan berbincang-bincang. Ketika ‘Utsman pulang, Aisyah bertanya, “Abu Bakr masuk menemuimu, namun engkau tidak bersiap menyambut dan tidak memedulikannya. Begitu pula ‘Umar masuk menemuimu, engkau juga tidak bersiap menyambut dan tidak memedulikannya pula. Kemudian ketika ‘Utsman masuk, engkau segera duduk dan membenahi pakaianmu!” Rasulullah menjawab, “Tidakkah aku merasa malu kepada seseorang yang malaikat pun merasa malu kepadanya?” (HR. Muslim no. 2401)
Dalam riwayat yang lainnya dari ‘Aisyah dan ‘Utsman c, Rasulullah n mengatakan:
“Sesungguhnya ‘Utsman itu orang yang pemalu. Aku khawatir, jika aku mengizinkan dia masuk dalam keadaan seperti tadi, dia tidak akan bisa menyampaikan keperluannya kepadaku.” (HR. Muslim no. 2402)
Ini menunjukkan bahwa malu adalah sifat yang terpuji dan termasuk sifat yang dimiliki oleh para malaikat. (Syarh Shahih Muslim, 15/168)
Tetapi, ke mana perginya rasa malu yang dipuji oleh Allah v dan Rasul-Nya itu dari jiwa sebagian kaum muslimin sekarang ini?
Anak-anak kita tidak lagi merasa malu menonton tayangan yang tidak layak dilihat.
Anak-anak gadis kita sekarang tidak lagi merasa malu bertemu dengan laki-laki yang tak seharusnya ditemui.
Begitu pula anak laki-laki kita, tidak merasa malu pergi bermain dengan memakai celana pendek. Dia justru merasa malu bila harus berlatih memakai celana yang menutupi auratnya, karena akan berbeda dengan teman-teman sepermainannya.
Anak-anak merasa malu jika tak mengenal mode atau tren terkini.
Atau, justru orangtualah yang merasa malu jika anak-anaknya harus menghabiskan waktu untuk menghafal Al-Qur’an atau menempuh pendidikan agama. Tidak ada sederet gelar yang akan melekat di depan nama bila hanya belajar agama, begitu yang ada dalam pikiran.
Mereka pun akan malu jika anak mereka ‘kuper’ karena tidak mau bergaul dengan lawan jenisnya. Allahul musta’an …. Keadaan telah berbalik.
Malu merupakan sifat yang terpuji, kecuali bila justru mencegah pemiliknya dari melaksanakan kewajiban atau menjatuhkannya pada keharaman. (Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyah, hal. 234)
Jika rasa malu pada diri seseorang menghalanginya melakukan kebaikan atau mendorongnya berbuat kemaksiatan, atau menghalanginya untuk menyampaikan kebenaran kepada seseorang yang dia hormati atau dia cintai, maka pada hakikatnya ini bukanlah malu, melainkan sikap lemah.
Ibnu Rajab Al-Hambali v ketika menjelaskan hadits ‘Imran bin Hushain z tentang malu, mengatakan bahwa malu yang dipuji dalam ucapan Rasulullah n adalah akhlak yang bisa mendorong seseorang melakukan kebaikan dan meninggalkan kejelekan. Sedangkan rasa lemah yang menyebabkan seseorang mengurangi hak Allah l ataupun hak hamba-Nya bukan termasuk malu. Tetapi ini adalah kelemahan, ketidakmampuan, dan kehinaan. (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1/502)
Di antara perkara yang tidak pantas malu padanya adalah menuntut ilmu. Demikian yang ada dalam kehidupan para sahabat g. Jadi, belajar agama yang benar tidak boleh dipandang sebagai sesuatu yang ‘tidak bergengsi’ sehingga orang harus malu melakukannya.
Tidak layak pula malu bertanya tentang sesuatu hal yang penting untuk diamalkan dalam agama ini, walaupun nampaknya hal itu adalah sesuatu yang ‘tabu’. Seperti Ummu Sulaim x yang bertanya kepada Rasulullah n tentang mandi janabah bagi wanita yang ihtilam. Ummu Sulaim memulai pertanyaannya dengan ucapan yang begitu bermakna:
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah tidaklah malu pada perkara yang benar…” (HR. Al-Bukhari no. 6121)
Abdullah bin ‘Umar c pernah merasa malu dalam suatu majelis ilmu, ketika Nabi n melontarkan pertanyaan kepada para sahabat yang ada di majelis itu. Abdullah bin ‘Umar c ingin memberikan jawaban, namun rasa malu begitu menguasainya. Ketika mengetahui hal itu, ‘Umar ibnul Khaththab z pun mencela perbuatan putranya. Berikut kisahnya:
Nabi n pernah bersabda, “Perumpamaan seorang mukmin itu seperti sebuah pohon yang hijau yang tak pernah berguguran daunnya.” Para sahabat pun menjawab, “Itu adalah pohon ini, pohon itu.” Aku ingin mengatakan bahwa itu adalah pohon kurma, sementara aku ini anak kecil sehingga aku pun merasa malu. Lalu beliau n mengatakan, “Itu pohon kurma.”
Di dalam riwayat yang lain ada tambahan:
Kuceritakan kejadian itu kepada ayahku, ‘Umar, maka dia berkata, “Seandainya engkau tadi menjawab, itu lebih kusukai daripada memiliki ini dan itu.” (HR. Al-Bukhari no. 6122)
Betapa jauh keadaan kita dengan para sahabat. Mereka berhias dengan rasa malu yang hakiki, yang dapat menahan diri mereka dari kehinaan. Mereka buang jauh-jauh sifat lemah yang menyebabkan seseorang segan melakukan kebaikan. Mulai sekarang mestinya, kita berbenah diri dan membenahi anak-anak kita agar memiliki rasa malu.
Rasa malu itu akan menuntun kita dan anak-anak kita menuju kebaikan sehingga kelak akan sampai di surga. Benarlah sabda Rasulullah n yang dinukilkan oleh Abu Hurairah z:
“Malu itu termasuk keimanan, dan keimanan itu tempatnya di surga, sementara kekejian3 itu termasuk kekerasan4, dan kekerasan itu tempatnya di neraka.” (HR. At-Tirmidzi no. 2009, dishahihkan Syaikh Al-Albani v dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi)
Wallahu ta’ala a’lamu bish-shawab.

Dikutip : http://asysyariah.com/berhiaslah-dengan-rasa-malu.html
(ditulis oleh: Al-Ustadzah Ummu ‘Abdirrahman bintu ‘Imran)

Senin, 17 September 2012

Anjuran dan Keutamaan Membangun Masjid

حَدَّثَنِي هَارُوْنُ بْنُ سَعِيْدٍ اْلأَيْلِيُّ وَأَحْمَدُ بْنُ عِيْسَى قَالاَ حَدَّثَنَا اِبْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي عَمْرٌو أَنَّ بُكَيْرًا حَدَّثَهُ أَنَّ عَاصِمَ بْنَ عُمَرَ بْنِ قَتَادَةَ حَدَّثَهُ أَنَّهُ سَمِعَ عُبَيْدَ اللهِ الْخَوْلاَنِيَّ يَذْكُرُ:
أَنَّهُ سَمِعَ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ عِنْدَ قَوْلِ النَّاسِ فِيْهِ حِيْنَ بَنَى مَسْجِدَ الرَّسُولِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّكُمْ قَدْ أَكْثَرْتُمْ وَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ مَنْ بَنَى مَسْجِدًا ِللهِ تَعَالَى قَالَ بُكَيْرٌ حَسِبْتُ أَنَّهُ قَالَ يَبْتَغِي بِهِ وَجْهَ اللهِ بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ
وَقَالَ اِبْنُ عِيْسَى فِي رِوَايَتِهِ مِثْلَهُ فِي الْجَنَّةِ
24 – (533)
Telah menceritakan kepadaku Harun bin Sa’id al-Aili dan Ahmad bin Isa keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb telah mengabarkan kepadaku Amru bahwa Bukair telah menceritakan kepadanya bahwa ‘Ashim bin Umar bin Qatadah telah menceritakan kepadanya bahwasanya dia mendengar Ubaidullah al-Khaulani menyebutkan bahwa dia mendengar Utsman bin Affan Radhiyallahu’anhu , dia berujar kepada orang banyak ketika membangun masjid Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
Sekarang kamu telah banyak. Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam, bersabda, Siapa yang membangun masjid karena Allah -Bukair berkata, Seingatku beliau bersabda, Dengan maksud mencari wajah (ridho) Allah-, niscaya Allah membuatkan rumah di surga untuknya.
Ibnu Isa mengatakan dalam riwayatnya hadits semisalnya, Di dalam surga.
(Shahih Muslim 533-24)
حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَمُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَاللَّفْظُ ِلابْنِ الْمُثَنَّى قَالاَ حَدَّثَنَا الضَّحَّاكُ بْنُ مَخْلَدٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْحَمِيْدِ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ مَحْمُوْدِ بْنِ لَبِيْدٍ:
أَنَّ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ أَرَادَ بِنَاءَ الْمَسْجِدِ فَكَرِهَ النَّاسُ ذٰلِكَ فَأَحَبُّوْا أَنْ يَدَعَهُ عَلَى هَيْئَتِهِ فَقَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ مَنْ بَنَى مَسْجِدًا ِللهِ بَنَى اللهُ لَهُ فِي الْجَنَّةِ مِثْلَهُ
25 – (533)
Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb dan Muhammad bin al-Mutsannadan lafazh tersebut milik Ibnu al-Mutsanna, keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Adh-Dhahhak bin Makhlad telah mengabarkan kepada kami Abdul Hamid bin Ja’far telah menceritakan kepadaku Bapakku dari Mahmud bin Labid Radhiyallahu’anhu  :
Bahwa Utsman bin Affan bermaksud hendak merenovasi masjid, tetapi dicegah oleh orang banyak. Mereka lebih suka membiarkan masjid itu sebagaimana adanya. Maka dia berkata, Aku mendengar Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam, bersabda : Siapa yang membangun masjid karena Allah, maka Allah membuatkan (rumah yang mulia) di surga untuknya seperti masjid itu
(Shahih Muslim 533-25)

Hidayah Itu Mahal

Hidayah adalah kebutuhan hidup manusia yang paling utama. Bagaimana tidak, lha wong setiap hari di setiap kali sholat -bahkan di setiap raka’at- orang-orang yang beriman senantiasa diperintahkan untuk meminta hal itu kepada Rabbnya. Ihdinash shirathal mustaqim…
Meskipun demikian, kita dapati sebagian orang -bahkan banyak di antara mereka- yang menyepelekan hidayah yang agung ini atau menyia-nyiakannya. Betapa banyak di antara mereka yang telah diberikan hidayah oleh Allah untuk memeluk agama Islam, mengucapkan dua kalimat syahadat, menjalankan sholat, membayarkan zakat, berpuasa Ramadhan, bahkan bisa menunaikan ibadah haji ke Baitullah. Namun pada kenyataannya, tidak sedikit di antara mereka yang tidak menyadari betapa besar anugerah yang Allah berikan kepada mereka. Akibatnya mereka pun menyia-nyiakan nikmat yang agung ini. Nikmat hidayah, Subhanallah!
Saudaraku, kisah berikut ini mungkin akan menyadarkan mereka yang lalai akan nikmat yang agung ini. Bukhari dan Muslim meriwayatkan di dalam Shahih mereka berdua, dari Sa’id bin al-Musayyab dari bapaknya, bahwa pada saat kematian sudah hampir menemui Abu Thalib -paman Nabi- maka datanglah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamshallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Wahai pamanku, ucapkanlah la ilaha illallah, sebuah kalimat yang aku akan bersaksi dengannya untukmu di sisi Allah.” Maka Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah berkata, “Wahai Abu Thalib, apakah kamu benci kepada ajaran Abdul Muthallib -ayahmu-?”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terus menerus menawarkan ajakan itu kepada pamannya dan mengulang-ulang ucapan tadi. Sampai pada akhirnya Abu Thalib mengatakan di akhir pembicaraannya kepada mereka bahwa dia tetap berada di atas agama Abdul Muthallib. Dia enggan mengucapkan la ilaha illallah… (lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [2/60-61]) menemuinya. Namun ternyata di sisi pamannya itu telah dijumpainya Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah bin al-Mughirah. Rasulullah
Dari kisah ini kita dapat mengetahui betapa tinggi dan mahalnya nilai hidayah. Siapakah Nabi Muhammad dan siapakah Abu Thalib? Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang utusan Allah yang malaikat pun bersedia menawarkan bantuan kepadanya atas izin Allah. Adapun Abu Thalib adalah pamannya sendiri yang selama hidup senantiasa membela Nabi dan melindunginya dari tekanan dan ancaman kaum kafir Quraisy. Meskipun demikian, lihatlah… bagaimana kondisinya menjelang ajal. Di saat semua orang membutuhkan keimanan, di saat itu pun ternyata kalimat tauhid pun tidak kunjung dia ucapkan. Dia enggan, padahal dia telah mengetahui bahwa ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah kebenaran. Taufik di tangan Allah.
Hati manusia -ayyuhal ikhwah- berada di antara jari-jemari ar-Rahman yang Allah akan membolak-balikkannya sebagaimana yang Allah kehendaki. Apakah kita merasa aman dari su’ul khatimah? Subhanallah… Ingatlah, bahwa kita tidak akan bisa berjalan di atas jalan yang lurus kecuali dengan nikmat hidayah dari Allah, bahkan kita tidak bisa menemukan jalan yang lurus itu kalau seandainya Allah tidak membimbing kita menujunya. Maka sadarilah nikmat yang agung ini, dan hargailah ia sebagaimana mestinya. Sebagaimana yang dikatakan oleh salah seorang sahabat di dalam sya’irnya,
“Kalau bukan karena Allah niscaya
kami tidak mendapatkan hidayah,
dan tidak menunaikan sholat…”
Sungguh, sebuah kisah yang menyimpan banyak pelajaran berharga. Di antara pelajaran dari hadits di atas adalah:
  1. Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menguasai pemberian hidayah/taufik, bagi dirinya sendiri apalagi bagi orang lain. Demikian juga pemberian syafa’at, bukan milik beliau! (Keterangan Syaikh Walid dalam Daurah Shahih Muslim di Kaliurang). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya engkau tidak bisa memberikan hidayah kepada orang yang engkau cintai, akan tetapi Allah lah yang kuasa memberikan hidayah kepada orang yang Allah kehendaki…” (QS. al-Qashash: 56)
  2. Tingginya semangat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam berupaya menyampaikan hidayah ke dalam hati orang yang didakwahi terlebih lagi jika mereka adalah sanak familinya sendiri (Keterangan Syaikh Walid dalam Daurah Shahih Muslim di Kaliurang)
  3. Kisah ini menunjukkan besarnya keutamaan tauhid. Oleh sebab itu kita tidak boleh sedikitpun mempersembahkan doa/ibadah kepada selain Allah (Keterangan Syaikh Walid dalam Daurah Shahih Muslim di Kaliurang)
  4. Datangnya taufik itu semata-mata bersumber dari Allah (Keterangan Syaikh Walid dalam Daurah Shahih Muslim di Kaliurang)
  5. Kedudukan Nabi tidak boleh ditinggikan melebihi kedudukan Allah (Keterangan Syaikh Walid dalam Daurah Shahih Muslim di Kaliurang)
  6. Menceritakan kekafiran yang dilakukan orang lain tidak selayaknya menggunakan kata ganti pertama -saya- (Keterangan Syaikh Walid dalam Daurah Shahih Muslim di Kaliurang)
  7. Meskipun kalimat tauhid itu ringan dan mudah diucapkan, namun ternyata tidak bisa mengucapkannya melainkan orang yang mendapatkan taufik dari Allah ta’ala (Keterangan Syaikh Walid dalam Daurah Shahih Muslim di Kaliurang)
  8. Keluarga dan persahabatan itu memiliki pengaruh terhadap agama seseorang (Keterangan Syaikh Walid dalam Daurah Shahih Muslim di Kaliurang)
  9. Orang yang meninggal di atas kemusyrikan maka dia akan berada kekal di neraka Jahannam. Dan dia dihukumi sebagai orang yang berhak masuk neraka/ash-haabul jahiim (Keterangan Syaikh Walid dalam Daurah Shahih Muslim di Kaliurang). Semoga Allah menyelamatkan kita darinya…
  10. Disyari’atkannya menuntun orang yang sekarat/akan meninggal untuk mengucapkan la ilaha illallah, yaitu dengan memerintahkannya mengucapkan la ilaha illallah sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi, bukan hanya sekedar mengingatkannya -tanpa memerintah- (Keterangan Syaikh Walid dalam Daurah Shahih Muslim di Kaliurang)
  11. Bolehnya mendoakan agar orang-orang musyrik mendapatkan hidayah (Keterangan Syaikh Walid dalam Daurah Shahih Muslim di Kaliurang)
  12. Disyari’atkannya menyambung tali kekerabatan meskipun dengan saudara yang kafir (Keterangan Syaikh Walid dalam Daurah Shahih Muslim di Kaliurang)
  13. Diperbolehkannya menjenguk orang kafir yang sakit dengan maksud mendakwahi atau menarik simpati mereka supaya masuk Islam (Keterangan Syaikh Walid dalam Daurah Shahih Muslim di Kaliurang)
Hidayah ini mahal wahai saudaraku…
Oleh sebab itu, Allah mengingatkan kita bahwa jalan yang lurus ini adalah jalan orang-orang yang diberi kenikmatan oleh Allah, bukan jalan semua orang yang mencarinya. Ini artinya, orang hanya akan bisa berjalan di atas jalan yang lurus ini jika dia diberikan nikmat taufik dari Allah ta’ala, bukan semata-mata hasil jerih payah dan usaha dirinya sendiri. Hidayah itu adalah nikmat, ikhwah sekalian…
Lihatlah, berapa banyak kita saksikan sebagian orang yang dulunya punya komitmen dengan ajaran agama dan menampakkan diri sebagai seorang yang bermanhaj lurus, namun perjalanan hidup dan dunia kerja telah merubah dirinya. Jilbabnya yang dulu lebar dan rapat kini menjadi menjadi sempit dan ketat. Jenggotnya yang dulu lebat kini pun habis dibabat. Celananya yang dulu berada di atas mata kaki, kini telah terjuntai menyapu bumi. Sholat lima waktunya yang dulu berjama’ah kini pun cukup di rumah. Matanya yang dulu tertunduk ketika melihat lawan jenis kinipun tertengadah. Telinganya yang dulu benci mendengar musik, kini telah larut dalam alunan nada-nadanya… Subhanallah! Bagaimanakah nasib kita, saudara-saudaraku sekalian… Akankah kita berbalik ke belakang, kembali ke alam kejahiliyahan…? Padahal anugerah hidayah itu telah kita jumpai, namun sayang seribu sayang kita sering melalaikan dan menyia-nyiakannya, nas’alullahat taufiq was salamah..
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang menentang Rasul setelah jelas baginya petunjuk dan dia mengikuti selain jalan orang-orang yang beriman niscaya Kami akan membiarkannya terombang-ambing dalam kesesatan yang dipilihnya, dan kelak Kami akan memasukkannya ke dalam Jahannam, dan sesungguhnya Jahannam itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. an-Nisaa’: 115). Allah ta’ala memerintahkan (yang artinya), “Ingatlah kepada-Ku niscaya Aku akan mengingat kalian, dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kalian kufur.” (QS. al-Baqarah: 152).
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh an-Nasa’i dan Abu Dawud, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamradhiyallahu’anhuma, “Demi Allah, sesungguhnya aku benar-benar mencintaimu -karena Allah- janganlah kau lupakan untuk membaca doa di setiap akhir sholat, yaitu: Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatik ‘Ya Allah, bantulah aku untuk mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan beribadah dengan baik kepada-Mu’.” (Hadits ini disahihkan al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Dawud, lihat takhrij kitab al-Fawa’id cet. Dar al-’Aqidah hal. 124) bersabda kepada Mu’adz bin Jabal
Kami sadar bahwa apa yang kami tulis ini sangat jauh dari kesempurnaan, namun hanya satu yang kami harapkan bahwa tulisan ini bisa mengetuk hati kita semua untuk segera kembali bertaubat kepada Allah ta’ala dari segala kesalahan dan penyimpangan kita. Ingatlah, ya akhi… kematian pasti tiba di hadapan kita. Sementara kita tidak tahu, kita tidak tahu bagaimana akhir hidup kita nanti. Oleh sebab itu marilah kita hiasi nafas-nafas kita dengan dzikir kepada-Nya. Marilah kita isi hati kita dengan cinta, takut, dan harap kepada-Nya. Marilah kita tundukkan lisan dan anggota badan kita untuk taat kepada Rabb penguasa alam semesta, Raja yang menguasai hari pembalasan. Masih ada waktu untuk berbenah, mumpung badan belum berkalang tanah… Allah ta’ala masih memberikan kesempatan bagi kita untuk bersimpuh di hadapan-Nya dan menyesali dosa-dosa kita di masa silam.
Marilah kita perbanyak membaca sebuah doa yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada manusia terbaik sesudahnya yaitu Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu’anhu ketika dia meminta kepada Nabi untuk diajari doa di dalam sholat dan ketika sedang berada di rumah. ‘Allahumma inni zhalamtu nafsi zhulman katsiran wa la yaghfirudz dzunuba illa anta. Faghfirli maghfiratan min ‘indik warhamni. Innaka antal Ghafurur Rahim.’ Ya Allah, sesungguhnya aku telah banyak menzalimi diriku, sementara tidak ada yang bisa mengampuni dosa selain diri-Mu. Maka ampunilah aku dengan ampunan dari sisi-Mu dan sayangilah aku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (HR. Bukhari dan Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [8/296])
Akhir seruan kami adalah segala puji hanya bagi Allah Rabb seru sekalian alam. Salawat beriring salam semoga selalu tercurah kepada Nabi akhir zaman, para sahabatnya, dan segenap pengikut mereka yang setia dengan Sunnahnya.
 
Top