Situs Wisata Budaya CIUNG WANARA |
Menjelang bulan suci
Ramadan, ada tradisi unik yang dilakukan warga sekitar situs cagar budaya Karangkamulyan di Desa Karangkamulyan Kecamatan
Cijeugjing Kabupaten Ciamis, menggelar upacara adat Ngikis. Tradisi yang diceritakan sudah berlangung sejak abad
ke-17 itu, rutin digelar masyarakat, tokoh adat, pemerintah dan pelaku
pariwisata setempat. Ratusan warga Karangkamulyan dan sekitarnya
berbondong-bondong mengikuti tradisi budaya ngikis. Yaitu, tradisi budaya yang
diselenggarakan setiap Senin atau Kamis terakhir sebelum memasuki Bulan Suci
Ramadhan. Puncak tradisi Ngikis yang jatuh pada Kamis (26/6) ditandai
dengan pengecatan pagar di kawasan Pancalikan, Situs Budaya Ciungwanara atau
dikenal Objek Wisata Karangkamulyan.
Jika dibanding
tahun sebelumnya, acara ngikis tahun ini terlihat lebih ramai. Jumlah
pengunjung yang datang lebih banyak, begitu juga jajaran pejabat, Ketua
Pemangku Adat Pajajaran, kasepuhan dan pelaku pariwisata lebih lengkap. Acara
yang berlangsung sekitar pukul 09.00 WIB itu, diawali dengan penyambutan para
pejabat, tokoh adat dan pelaku pariwisata.
Setelah dilakukan proses penyambutan terhadap Pejabat
dan pemangku adat, rombongan memasuki kawasan Situs Budaya Ciungwanara menuju
pangcalikan diikuti arak-arakan punggawa berpakaian lengkap mengenakan pakaian
adat sunda sambil membawa jempana berisi makanan tumpeng. Ratusan warga yang datangpun langusng mengikuti
iring-iringan membawa perbekalan makanan masing-masing yang sudah dipersiapkan
sebelumnya dari rumah.
Arak-arakan Warga Membawa Jempana yang Berisi Nasi Tumpeng |
Sesampai di Pancalikan, Situs Ciungwanara. Prosesi
tradisi ngikis dimulai, setelah dilakukan pembacaan sejarah Galuh dan tradisi
ngikis yang diakhiri dengan pembacaan do'a, sejumlah perwakilan adat,
masyarakat dan pejabat secara bergantian melakukan simbolis pengecatan pagar.
Selain itu, kegiatan rutin
yang dilakukan adalah makan bersama, sebagai ajang mempererat tali silaturahmi.
Dengan menggelar tikar atau bahkan duduk lesehan di tanah mereka menikmati
tumpeng atau makanan lainnya yang sengaja dibawa dari rumah. Ketika makan
bersama itu tidak sedikit di antara kelompok masyarakat yang berasal dari
berbagai desa sekitar Karangkamulyan, saling bertukar makanan.
"Menurut saya, sekalipun harus berebutan dengan kera yang
sesekali menghampiri makanan, suasanya saat unik dan ini mengesankan".
Bahkan tidak sedikit masyarakat yang datang dari luar Desa Karangkamulyan,
bahkan ada yang dari luar kota yang sengaja datang berwisata untuk mengetahui,
menyaksikan dan ikut ambil bagian dalam tradisi ini. "Maklum, selain hari libur sekolah sekarang ini merupakan
hari-hari terahir menjelang Ramadhan, jadi "...etang-etang liburan
sakantenan munggahan...!!" tutur seorang warga dari Desa Bojongmengger
yang tak mau disebutkan namanya itu.
Ngikis, menurut penjelasan
juru kunci ke sepuluh Karangkamulyan, Endan Sumarsana, secara harfiah adalah
memagar. Pada masa lampau kegiatan ngikis lebih bersifat fisik, yakni ritual
mengganti pagar bambu yang mengitari lokasi situs. Warga yang datang dari desa
sekitar datang sembari membawa bambu. Selanjutnya bambu tersebut digunakan
untuk mengganti pagar. Saat ini pemagaran hanya
dilakukan secara simbolis. Pagar dipasang di lokasi pancalikan yang merupakan
singgasana Prabu Galuh Ratu Pusaka Prabu Adi Mulia Sang Hyang Cipta Permana
Adikusuma.
Tetapi seiring dengan
berkembangnya pemahaman, lanjut Endan yang sudah 32 tahun menjadi juru kunci
Karangkamulyan, "Ngikis merupakan upaya memagari diri dari berbagai
nafsu jahat atau tidak baik, sehingga suci ketika memasuki bulan puasa.
Menjelang puasa harus mampu memagari diri nafsu yang tidak baik. Misalnya nafsu
sombong, iri, dengki, rakus dan 40 nafsu yang tidak baik lainnya. Jadi yang
penting adalah makna yang tersirat," jelasnya.
Selain pancalikan, lokasi lain
yang menjadi tempat yang dikunjungi adalah patimuan yang merupakan lokasi
pertemuan antara Sungai Cimuntur dengan Sungai Citanduy, Cikahuripan yang
jaraknya sekitar 500 meter dari pancalikan. Tempat tersebut merupakan sumur
kuno yang tidak pernah kering. Bahkan bagi yang percaya, air sumur tersebut
dipergunakan untuk membasuh wajah dapat membuat awet muda.